REPUBLIKA.CO.ID,MOSKWA - Satu gedung pemerintah di ibu kota Libya, Tripoli, mengalami kebakaran setelah pengunjuk rasa anti pemerintah mengamuk. Demikian laporan saluran televisi Al Arabiya pada Senin (21/2). Pasukan keamanan telah mulai menarik diri dari ibu kota pada Senin (21/2). Demikian menurut TV Al Jazeera.
Sejumlah saksi mata mengatakan para pengunjuk rasa telah membakar bangunan umum di ibu kota selama satu malam termasuk kantor polisi serta kantor Dewan Rakyat. ''Parlemen Libya sedang melakukan pertemuan di dalam gedung ketika hal itu terjadi,'' kata saluran televisi itu menambahkan bahwa alasan atas pembakaran besar itu masih belum jelas.
Libya, yang merupakan salah satu penghasil minyak bumi terbesar dunia, digoyang aksi unjuk rasa mulai pada 15 Februari. Aksi demonstrasi di tengah kekerasan unjuk rasa anti pemerintah di kawasan Timur Tengah.
Kerusuhan sebagian besar terjadi di kawasan timur di mana pemimpin negara selama 40 tahun, Muammar Gaddafi, tidak terlalu populer. Namun, kerusuhan pun dilaporkan telah menyebar ke kawasan barat.
Organisasi Hak Asasi Manusia Internasional, "Human Rights Watch", melaporkan bahwa jumlah korban tewas mencapai sedikitnya 233 orang. Namun, pemerintah Libya yang telah secara sadis menekan unjuk rasa itu telah mengonfirmasi jumlah korban tewas sebanyak 84 orang.
''Sedikitnya 61 orang tewas akibat bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan di Tripoli,'' lapor Al Jazeera pada Senin (21/2) yang mengutip narasumber petugas medis.