REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menelepon pemimpin Prancis dan Inggris, Kamis (17/3), guna mengkoordinasikan strategi, setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) mendukung aksi militer terhadap Libya.
Obama menelepon Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris David Cameron setelah lolosnya resolusi yang meresmikan langkah pemberlakuan wilayah larangan terbang, melindungi warga sipil dan menerapkan gencatan senjata terhadap pasukan militer Gaddafi.
"Pemimpin negara-negara tersebut sepakat bahwa Libya harus segera mematuhi isi dari resolusi dan kekerasan terhadap warga sipil Libya harus dihentikan," kata Gedung Putih dalam pernyataan resminya.
"Para pemimpin tersebut sepakat untuk berkoordinasi secara seksama guna membicarakan langkah-langkah selanjutnya, dan melanjutkan kerja sama dengan mitra dari Arab serta komunitas internasional lainnya guna menjamin terlaksananya resolusi Dewan Keamanan PBB di Libya," tulis pernyataan itu.
Dewan Keamanan PBB telah menyepakati untuk membolehkan serangan udara guna menghentikan serangan pasukan Muamar Gaddafi terhadap pasukan pemberontak di Libya, dengan serangan pemboman pertama diperkirakan tak lama lagi. Resolusi itu mengizinkan "semua tindakan seperlunya" untuk melindungi tempat-tempat sipil dan menerapkan gencatan senjata terhadap pemimpin Libya Muammar Gaddafi.
Persetujuan itu disahkan dengan 10-0 dengan lima negara abstain di dewan yang memiliki 15 negara anggota tersebut. Anggota tetap Dewan Keamanan PBB China dan Rusia termasuk di antara yang abstain, tapi tidak menggunakan hak veto mereka.