Selasa 22 Mar 2011 09:27 WIB

Tentara Koalisi Serang Radar Pertahanan Udara Gaddafi

Serangan rudal AS dari Kapal perang ke Libya
Foto: AP
Serangan rudal AS dari Kapal perang ke Libya

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Pasukan koalisi internasional menyerang instalasi radar di dua pangkalan pertahanan udara milik pasukan pemimpin Libya Muamar Gaddafi di Libya timur, demikian laporan saluran berita Al Jazeera, Senin (21/3). Kedua pangkalan tersebut berada di sebelah timur kubu pemrotes, Benghazi, kata Al Jazeera, seperti dilaporkan Reuters.

Di ibu kota Libya, Tripoli, suara ledakan dan tembakan anti-pesawat berkumandang pada malam ketiga, Senin, dan televisi negara menyatakan beberapa tempat di ibukota Libya itu telah diserang oleh apa yang disebut "musuh pengikut perang salib". Belum jelas apa penyebab ledakan di Tripoli tersebut --pangkalan utama kekuatan Gaddafi.

Suara tembakan senjata anti-pesawat berkumandang dan lintasan amunisi menerangi udara malam ke berbagai arah, saat para penembak tampaknya berusaha menjatuhkan pesawat tempur koalisi. Dua ledakan mengguncang kota dengan sebanyak dua juta warga itu.

"Serangan ini takkan membuat takut rakyat Libya," kata stasiun televisi negara. Belum ada komentar dari pasukan Barat.

Suara tembakan juga bergema sepanjang malam dan slogan pro-Gaddafi berkumandang di seluruh pusat kota tersebut. Mobil melaju dengan cepat melewati jalan-jalan kota Tripoli dengan klakson berbunyi keras.

Sehari sebelumnya, beberapa pejabat Libya membawa wartawan ke kubu Gaddafi, yang dibentengi dengan kuat, untuk memperlihatkan reruntuhan bangunan yang mereka katakan dihancurkan oleh satu rudal sekutu, Ahad malam (20/3).

Pasukan koalisi menyatakan mereka "mengincar sistem pertahanan udara untuk melaksanakan zona larangan terbang yang disahkan PBB dan melindungi warga sipil dari pasukan pemerintah, yang berusaha memadamkan aksi perlawanan --yang telah berlangsung selama satu bulan".

Pemerintah Libya menyatakan puluhan warga sipil telah tewas dalam serangan rudal dan pesawat tempur koalisi. Prancis menyatakan negara tersebut "tak mempunyai bukti mengenai korban jiwa di pihak sipil".

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement