REPUBLIKA.CO.ID, SANA’A – Krisis politik di Yaman kian memanas setelah terjadi bentrokan antara pasukan Pengawal Republik yang setia kepada Presiden Ali Abdullah Saleh dengan Angkatan Darat yang membelot membela demonstran dan kelompok oposisi, Selasa (22/3).
Ketegangan tersebut dipicu oleh tersumbatnya komunikasi politik karena penolakan oposisi terhadap segala tawaran Presiden Saleh yang berencana mundur tahun depan. Kelompok oposisi juga menolak mediasi apapun yang memungkinkan Saleh tetap berkuasa selama beberapa bulan ke depan.
Penguasa Yaman itu kini menghadapi tekanan yang kian meningkat dan ancaman munculnya perang saudara. Ketua Dewan Pertahanan Nasional memperingatkan semua pihak, bahwa setiap upaya menggulingkan penguasa akan mengarah pada perang saudara.
“Mereka yang ingin merebut kekuasaan melalui kudeta, harus tahu bahwa negara tidak akan hidup dalam stabilitas, dan perang saudara berdarah akan pecah. Mereka harus berpikir hati-hati tentang hal ini!” kata dewan dalam sebuah pernyataan.
Dewan Pertahanan juga meminta militer kembali menjadi pelindung dan penjaga keamanan negara dan tidak terlibat dalam perpecahan. “Dendam tiada bermanfaat, karena urusan negara lebih besar ketimbang masalah pribadi, keamanan pribadi maupun keamanan para pejabat,” pesan dewan.
Sementara itu, sumber yang dekat dengan Presiden Saleh mengatakan, sebagai bagian dari reformasi politik yang beralih ke sistem parlementer, Saleh akan membentuk komisi pemilihan parlemen sebelum akhir 2011. Dengan demikian pemilihan umum presiden akan berakhir pada awal 2012, dan mandat presiden saat ini (Saleh) akan berakhir pada 2013.