REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Presiden Shimon Peres telah dipaksa untuk menyangkal ia telah dicap orang-orang Inggris anti-Yahudi selama wawancara di mana ia menyerang negara yang dianggapnya secara konsisten pro-Arab dan melawan Israel itu.
"Presiden Peres tak pernah menuduh orang-orang Inggris anti-Semitisme," kata juru bicaranya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan semalam. "Presiden tidak percaya bahwa pemerintah Inggris termotivasi oleh anti-Semitisme, juga tidak di masa lalu."
Dalam wawancara dengan Benny Morris, seorang sejarawan Israel, yang diterbitkan di jurnal Tablet minggu lalu, Peres mengklaim bahwa selalu ada sesuatu yang "pro-Arab" dan "anti-Israel" di Inggris.
Ditanyakan apakah hal ini disebabkan karena anti-Semitisme, Peres menjawab: "Ya, ada juga anti-Semitisme. Ada pepatah di Inggris yang anti-Semit adalah seseorang yang membenci orang-orang Yahudi lebih daripada yang diperlukan. Tapi dengan Jerman, hubungan yang cukup baik, seperti Italia dan Perancis. "
Kantor Presiden Peres mengatakan bahwa presiden melihat hubungan Israel dengan Inggris Raya sebagai "sangat penting" dan menegaskan bahwa komentarnya didorong oleh kecemasan bahwa beberapa warga Inggris tidak mengerti realitas suram hidup di bawah ancaman terorisme.
"Presiden mengungkapkan kekhawatiran bahwa beberapa orang di Inggris tidak sepenuhnya menghargai kesulitan menghadapi serangan teror sementara mengikuti praktik demokrasi, sebagaimana Israel, maka tidak akan terjadi," kata pernyataan itu. "Warga sipil Israel telah bertahan meski lebih dari 10 ribu rudal telah ditembakkan atas mereka."