REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah tidak akan memberi perlakuan khusus bagi 144 TNI yang mengidap HIV/AIDS di Provinsi Papua. Pemerintah beralasan, virus tesebut mempunyai dampak yang sama, baik pada rakyat sipil maupun militer.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih di Jakarta, Jumat (13/8). Dia mengatakan, upaya preventif menjadi lebih penting. "Jangan sampai itu mmenular ke saudara-saudaranya atau ke orang lain," kata Menkes.
Menkes menganjurkan, agar para TNI yang terpapar HIV/AIDS tersebut menggunakan kondom pada saat berhubungan suami istri. Dengan kondom, penularan virus dapat dicegah.
Senada dengan Menkes, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), Nafsiah Mboi mengatakan, perlakuan terhadap anggota TNI tak boleh dibedakan dengan masyarakat sipil. "Itu kan masih banyak yang belum terjangkit AIDS, masih HIV," kata Nafsiah kepada Republika, Ahad (15/8).
Nafsiah menjelaskan, dalam taraf mengidap HIV, kondisi tubuh tidak mengalami penurunan. "Asalkan mereka menjalankan gaya hidup sehat dan tidak menularkannya kepada orang lain," ungkapnya. Oleh karena itu, dia menganjurkan kepada para TNI itu untuk menjaga pola makan, jam tidur, konsumsi alkohol, dan tidak 'jajan' sembarangan. Penyuntikan antiretroviral (ARV) pun masih belum dibutuhkan. "ARV diberikan jika sudah AIDS," katanya.
Secara khusus Nafsiah mengatakan, tingkat penularan di Papua memang sangat tinggi. Namun pihaknya belum bisa memastikan lokasi tempat tertularnya para anggota TNI tersebut. "Mereka kan sering berpindah-pindah tempat, jadi kita tidak tahu," ujar Nafsiah. Dia mengungkapkan, angka 144 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di TNI tersebut adalah akumulasi sejak 2002.
Mengenai langkah pencegahan penularan HIV/AIDS di tubuh TNI, pihaknya menyerahkan langsung kepada instansi terkait. "Panglima TNI adalah salah satu anggota KPAN, sehingga pencegahannya dilakukan oleh TNI," jelasnya.
Dari data Kementerian Kesehatan per Juni 2010, Papua menjadi daerah dengan tingkat kematian HIV/AIDS paling rawan. Tingkat kumulatif HIV/AIDS di Papua mencapai 135,44 per 100 ribu jiwa. Jumlah tersebut 14,34 kali dari tingkat kumulatif nasional yang 'hanya' 9,44 per 100 ribu jiwa. Posisi kedua dan ketiga ditempati masing-masing oleh Bali dengan 5,2 kali angka kumulatif nasional dan DKI Jakarta dengan 4,4 kali.