Rabu 24 Nov 2010 21:24 WIB

Gunung Kaba Masih Berstatus "Waspada"

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU--Kegempaan vulkanik Gunung Kaba di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mulai normal, namun statusnya masih "waspada". "Kegempaan vulkanik sudah normal, di bawah 14 kali per hari, tetapi statusnya masih 'waspada', karena curah hujan masih tinggi dan bisa mempengaruhi kegempaan," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Kaba Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sigit Widianto saat dihubungi dari Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan curah hujan yang tinggi di daerah itu dalam beberapa hari terakhir masih bisa memicu kegempaan vulkanik yang tinggi pula, sehingga statusnya masih "waspada". Jumlah kegempaan vulkanik Gunung Kaba mulai menurun pada Oktober 2010, yakni sebanyak 196 kali.

Namun, sebelumnya, kegempaan gunung api yang fluktuatif membuat statusnya menjadi "waspada" sejak September 2009. Kegempaan vulkanik meningkat sejak September 2009 dari normal hanya 200 hingga 300 kali per bulan, meningkat menjadi 350 kali, kemudian naik lagi menjadi 1.130 kali pada Oktober 2009.

Sedangkan gempa vulkanik pada November 2009 sebanyak 852 kali, dan terbanyak pada Desember 2009 sebanyak 2.044 kali. "Gempa vulkaniknya memang fluktuatif, sehingga kami masih menetapkan status 'waspada' dalam satu tahun ini," ujarnya.

Sementara itu, pada Januari 2010 gempa yang tercatat sebanyak 674 kali, Februari 802 kali, Maret 860 kali, dan pada April menurun menjadi 217 kali.

Selanjutnya pada Mei 2010 meningkat lagi sebanyak 588 kali, Juni 349 kali, Juli 306 kali, dan Agustus mulai menurun menjadi 226 kali, sedangkan September hanya 148 kali. "Pada November 2010 memang sudah mulai normal, tetapi masih tergantung curah hujan, kalau masih tinggi, kami tidak bisa menurunkan statusnya," katanya.

Status "waspada" yang ditetapkan untuk Gunung Kaba tidak mengganggu aktivitas petani di lereng gunung tersebut, demikian pula para pendaki tidak ada larangan, namun diperingatkan untuk waspada.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement