REPUBLIKA.CO.ID, DUNAI - Pantauan Satelit NOAA 18 menunjukkan jumlah titik api atau hotspot di wilayah daratan Sumatera terus berkembang hingga 86 titik, dimana sebelumnya hanya terdeteksi sekitar 40 titik.
Petugas Analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Riau, Marzuki, di Pekanbaru, melalui selularnya kepada ANTARA di Dumai, Jumat, mengatakan, berkembangnya titik api pada Kamis (17/2) itu disebabkan suhu udara sebagian besar Sumatera yang kian panas.
Marzuki menjelaskan, dari 86 titik api tersebut Riau merupakan wilayah yang paling banyak kemunculan hotspot yakni 53 titik.
Sementara Aceh empat, Sumatera Utara lima, Jambi enam, Sumatera Selatan lima, Bengkulu tujuh, serta Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau yang terdeteksi masing-masing satu titik api.
Khusus di Provinsi Riau, kata Marzuki, titik api terdeteksi paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir yakni 17 titik. Disusul dengan Kabupaten Bengkalis, sembilan titik dan Kabupaten Siak yang terdapat tujuh titik api.
Sementara Kabupaten Rokan hilir, Rokan Hulu, Kampar, dan Kota Dumai, masing-masing terdeteksi empat titik api. Berikutnya Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu yang terdeteksi masing-masing dua titik api.
"Sejauh ini berdasarkan pantauan Satelit NOAA 18, kemungkinan wilayah yang akan dilintasi kabut asap yakni Provinsi Jambi dan Riau. Kondisi ini disebabkan arah angin dari Barat Laut atau bahkan Timur Laut sangat berpotensi bergerak ke Selatan," terang Marzuki.
Untuk kemungkinan "ekspor" asap Sumatera ke sejumlah negara seperti Malaysia maupun Singapura menurut Marzuki sangat kecil mengingat arah angin seperti yang disebutkannya masih mengarah ke sejumlah wilayah daratan Sumatera.
"Melihat arah angin, justru sebaliknya. Sejumlah wilayah Indonesia khususnya Sumatera meliputi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan serta Sumatera Utara sangat berpotensi menerima kiriman atau asap "impor" dari sejumlah negara di Asia yang saat ini juga terpantau oleh satelit terdapat banyak titik api," terang Marzuki.
Ia mencontohkan seperti Malaysia, Singapura, Laos, Vietnam, dan Kamboja, yang saat ini menurutnya terdapat puluhan hotspot. Jika arah angin dari Barat Laut dan Timur Laut masih terus mengarah ke Selatan, potensi sejumlah wilayah di Sumatera sangat besar untuk kedatangan asap impor.
"Namun hingga saat ini angin di wilayah sejumlah negara tersebut masih berbutar didaratan sekitar negara itu, sehingga asap sisa kebakaran menutupi wilayah negara itu sendiri," demikian Marzuki.