REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Sudah beberapa pekan ini, suhu Kota Bogor berubah. Walaupun hujan sudah mulai turun, tetapi tetap terasa panas. Perubahan iklim inilah yang sedang dikaji oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kota Bogor.
"BMKG Kota Bogor sedang mengkaji perubahan iklim yang terjadi di Kota BOgor," kata Kepala BMKG Kota BOgor, Ponco Nugroho, saat dihubungi Republika, Rabu (12/5).
Ponco mengatakan, pada dasarnya Kota Bogor tidak mempunyai musim kemarau. "Sebenarnya tidak ada musim kemarau di Kota Bogor. Kota Bogor itu kan biasanya selalu ada hujan walaupun pagi atau siangnya panas. Karena itu dijuluki kota hujan," ujar Ponco.
Namun Ponco mengatakan, walaupun musim kemarau bukan berarti tidak ada hujan. "Tetapi jangan diartikan musim kemarau tidak ada curah hujan ya. Tetap ada hujan hanya saja intensitas curah hujan di musim kemarau itu dibawah angka 150 milimeter," tutur Ponco.
Lanjut Ponco, sedangkan di musim hujan, curah hujan berada di atas angka 150 milimeter. "Biasanya, curah hujan di Kota Bogor di atas 150 milimeter. Bahkan tahun 1976, curah hujan pernah mencapai 400 milimeter," ucap Ponco.
Ponco mengatakan, saat ini Kota Bogor sedang memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. "Beberapa hari ini memang turun hujan, tetapi curah hujan masih dibawah 150 milimeter," imbuh Ponco.
Suhu kota Bogor naik
Selain menyoroti curah hujan, Ponco juga mengatakan suhu di Kota Bogor mengalami kenaikan. "Biasanya suhu Kota Bogor berkisar di angka 32 derajat celcius. April kemarin masih di angka 32 derajat celcius. Namun awal Mei ini naik menjadi 34 derajat celcius," Ponco menjelaskan.
Angka 34 derajat celcius itu biasanya terjadi di Bulan Agustus, lanjut Ponco. Perubahan-perubahan tersebut diduga karena ulah manusia juga. "Karena perbuatan manusia juga. Lahan kosong sekarang banyak berubah menjadi perumahan. Lahan pertanian juga semakin jarang. Daerah resapan air pun jadi berkurang," kata Ponco.
Namun Ponco mengatakan, polusi udara yang berasal dari asap kendaraan tidak begitu berpengaruh di Kota Bogor. "Tidak begitu berpengaruh, yang paling berpengaruh karena lahan yang peruntukannya kebanyakan untuk perumahan," tandasnya.