REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sempat menjalani perawatan di RS Budi Asih, Jakarta, Kamis Pagi Hendrik Sulaeman (45) tewas. Hendrik pada Rabu malam dilarikan ke RS itu dalam kondisi kritis akibat menenggak minuman oplosan, bersama sejumlah temannya, Rabu sore.
Sehari sebelumnya Sayid (55) tewas dirumahnya, sementara Prayitno (27) meregang nyawa saat akan dilarikan ke Rumah Sakit Budi Asih Jl Dewi Sartika, Jakarta Timur. Tiga kawan minum yang lain, Helmi alias Nana, Subahan alias Tigor, dan Pardi, selamat dari maut. Helmi masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Diperoleh keterangan ke enam orang yang dikenal sebagai pengamen tersebut tengah berpesta miras oplosan, Mereka menenggak minuman ginseng yang dicampur spirtus. Mereka membeli miras oplosan jenis ginseng di sebuah toko di kawasan Cililitan, Jakarta Timur.
Kelima pria itu menenggak miras oplosan di rumah kosong. Lebih dari lima botol mereka tenggak kala itu. Sekitar pukul 20.00 WIB, Said sudah tidak bergerak. Pihak keluarga kemudian membawanya ke Rumah Sakit Budi Asih. Sesampainya di sana, pihak rumah sakit menyatakan Said telah meninggal dunia.
Jasad Said kemudian dievakuasi ke RS Polri untuk divisum dan selanjutnya dibawa pihak keluarga ke kampung halaman di Bandung untuk dimakamkan. Sementara Hendrik, tewas pada Kamis (17/6). Pria yang tinggal di Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur itu sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Budi Asih sejak Rabu sore.
Jenazah Hendrik kemudian dibawa ke Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri. Keluarga Hendrik telah mengambil jenazah itu. Istrinya, Sence, mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab awal kematian suaminya. "Dia mengaku pusing saja, sempat mual dan muntah-muntah," katanya saat ditemui sebelum mengambil jenazah suaminya.
Sempat diberi obat namun kondisinya tidak kunjung membaik. "Badannya panas," tambahnya. Sence langsung melarikan suaminya ke Rumah Sakit untuk dirawat. Ketika dirawat kondisinya lemah. “Dia sempat berbicara namun tidak banyak,” ungkapnya. Dia juga sempat tidak sadarkan diri hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Jenazah Hendrik langsung dilarikan ke ruang forensik Rumah Sakit Polri.
Menurut Sence, suaminya memang sempat berkumpul bersama lima orang rekannya. "Sudah lama dia tidak bertemu dengan mereka," katanya. Dia menuturkan suaminya memang kerap mengkonsumsi minuman keras, namun dirinya tidak mengetahui bahwa itu miras oplosan.
Kepala Polsek Kramat Jati Kompol Maryadi menjelaskan pihaknya masih menyelidiki kasus ini. ”Penjual minuman tersebut, A Supratman, masih kami cari,” terangnya. Botol-botol minuman keras berikut sejumlah gelas diamankan.
Kapolsek menduga mereka kerap mengkonsumsi miras oplosan. “Mereka tidak mampu membeli miras biasa, karena mahal,” tuturnya. Untuk meracik miras oplosan mereka hanya merogoh kocek Rp 5.000 hingga Rp 10.000. Kalau miras biasa, minimal mereka harus merogoh kocek Rp 25.000.
Kapolsek berjanji akan merazia penjual miras. Dia mengatakan miras oplosan menjadi tren di kalangan pengkonsumsi miras yang tidak mampu. Belum ada tersangka yang diamankan hingga tulisan ini dibuat.