REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah belum menjalankan program pendidikan bagi anak jalanan (anjal) di pondok pesantren. Bahkan, hingga kini pihak Kementerian Agama (Kemenag) belum menentukan kriteria pondok pesantren yang boleh menerima anjal.
Dirjen Bina Pendidikan Islam Kemenag, Mochtar Ali, mengakui, sebenarnya sudah melakukan langkah-langkah terkait program tersebut. "Tapi kami belum menentukan pesantren mana saja yang akan kami gunakan," ujarnya kepada Republika, Jumat (16/7).
Namun Mochtar memastikan, pesantren-pesantren tersebut berada di Pulau Jawa. Pemilihan wilayah tersebut terkait dengan lokasi penyebaran anjal yang berpusat di kota-kota besar di Pulau Jawa.
Kriteria pondok pesantren yang menjadi tempat pendidikan anjal pun belum ditentukan. Mochtar beralasan, pengambilan keputusan tersebut harus menunggu rapat di tingkat koordinator wilayah (korwil). Korwil-korwil, nantinya akan melakukan pemetaan terkait peta penyebaran anjal di Pulau Jawa. "Hingga hari ini saya belum menerima laporan terkait hal itu," kilahnya.
Dalam program ini, kata Mochtar, pihaknya menargetkan akan menyekolahkan 2.500 anjal di pesantren. "2.500 anak untuk tahun ini, dan 10 ribu untuk tahun 2011," terangnya.
Dana yang dibutuhkan pun cukup besar. Mochtar menjelaskan, idealnya seorang anjal akan menghabiskan dana Rp 4,5 juta per tahun.
Sementara itu, Direktur Pelayanan Sosial Anak Kementerian Sosial (Kemensos), Harry Hikmat mengakui terdapat beberapa hambatan terkait program pendidikan anjal di pesantren. "Kami baru saja mengirimkan surat ke Kemenag hari ini," ujarnya.
Dalam surat itu, kata Harry, pihaknya melampirkan daftar anjal by name by address yang ikut program ini. ''Kami usahakan, letak pondok pesantrennya tidak terlalu jauh dengan daerah asal anjal," paparnya.
Harry mengakui, berdasarkan Inpres No 3/2010, program ini seharusnya dimulai pada Juli. Terdapat beberapa alasan yang dia kemukakan terkait keterlambatan ini. Pertama mengenai kurang komunikasi antara pihaknya dengan Kemenag.
Kurang komunikasi tersebut terkait dengan target anjal. Sebelumnya, Mensos Salim Aegaf Al Jufrie menargetkan sebanyak 15 ribu anjal akan dididik di pondok pesantren. Padahal dalam inpres tertulis jelas target sebanyak 2.500 anjal. Selain itu, kata Harry, pihaknya juga baru saja menyelesaikan observasi terhadap anjal di Jakarta.
Program ini merupakan salah satu program hasil raker kabinet di Tampak Siring, Bali April lalu. Program pendidikan terapan terpadu ini adalah salah satu langkah pemerintah untuk mengentaskan anak dari jalanan.