REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Maestro batik Indonesia Nusjirwan Tirtaamidjaja atau yang lebih dikenal dengan Iwan Tirta meninggal dunia di usia 75 tahun karena sakit. "Saya belum dapat keterangan dari dokter apa penyebab pasti bapak tidak ada, tapi bapak dirawat karena infeksi paru-paru dan jantung," kata sekretaris pribadi Iwan Tirta, Sutisna, di rumah duka Jalan Panarukan 25 Menteng, Jakarta, Sabtu (31/7).
Almarhum Iwan Tirta yang lahir di Blora, 18 April 1935, menurut Sutisna, mulai dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, sejak tanggal 21 Juli lalu. Mendiang juga, sempat melakukan cuci darah sebanyak enam kali.
"Tanggal 21 Juli tadinya mau dibawa ke RSPAD Gatot Subroto, tapi kata bapak terlalu jauh, jadi dibawa ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Bapak sehat waktu masuk rumah sakit, dia masih bisa bercanda," lanjutnya. Sutisna yang sudah bekerja dengan Iwan Tirta selama 35 tahun tersebut mengatakan bahwa desainer terkemuka Indonesia ini memiliki tiga saudara dari ibu yang berbeda.
Iwan Tirta yang tutup usia pada pukul 08.40 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo dibawa ke rumah duka sekitar pukul 11.00 WIB. Rencananya, menurut dia, jenazah akan dimakamkan di dekat makan sang ibu di TPU Karet Bivak selepas shalat Ashar.
Di rumah duka beberapa pejabat dan tamu penting yang hadir yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Dewi Motik, dan tokoh pendidikan Arif Rahman.
Semasa kecilnya, Iwan Tirta bercita-cita menjadi diplomat. Ayahnya, Moh Husein Tirtaamidjaja, yang merupakan anggota Mahkamah Agung Republik Indonesia pada era 1950 hingga 1958 mendukung cita-cita almarhum dengan mengizinkan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
Almarhum lulus pada 1958 dan sempat menjadi dosen Hukum Internasional, sebelum ia melanjutkan pendidikan di London, pada "School of Economics and School of Oriental and African Studies". Setelah kembali ke tanah air, ia diangkat menjadi Associate Professor dalam ilmu hukum internasional di Fakultas Hukum Univesitas Indonesia.
Iwan Tirta kembali melanjutkan pendidikannya di Universitas Yale, New Haven, Connecticut, Amerika Serikat, dan lulus pada 1965. Ketika pulang ke Jakarta pada tahun 1970, ia justru terdorong untuk mengadakan penelitian mengenai seni batik.
Sejak itu pula seorang Iwan Tirta mendedikasikan diri untuk mengembangkan seni lulur warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia, batik. Kini almarhum dikenal sebagai maestro batik di tanah air dan dunia internasional.