REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST--Kedutaan Besar Republika Indonesia (KBRI) di Hungaria menggelar dialog lintas agama. Tak kurang dari 10 panelis dan duta besar dari beberapa negara hadir dalam acara itu.
Dubes Indonesia di Hungaria, Mangasi Sihombing, dalam pidato pembukaan mengatakan dialog lintas agama sudah membudaya di Indonesia. "Dialog lintas agama amat dibutuhkan untuk memelihara kerukunan antarumat beragama yang berbeda," tuturnya Jumat (28/5) di Godollo, Hungaria.
Dialog demikian, kata dia, telah menjadi kebutuhan masyarakat internasional yang memerlukan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan global. Gagasan dialog lintas agama ini berawal dari hadirnya gong Perdamaian Dunia sumbangan Indonesia yang menjadi sebuah ikon budaya di kota Godollo, Hungaria yang tidak pernah sepi dari kunjungan masyarakat umum.
Menurut Sekretaris Kedua KBRI Budapest, Annie Puspa Rosita, kepada koresponden Antara di London, kegiatan dialog lintas agama itu didukung Kemlu RI, Kemag, dan KBRI Budapest. Dari pihak Hungaria, yang terlibat dalam acara ini adalah Kemlu, Kemdikbud, dan Kota Godollo.
Pejabat tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Hungaria, Dr Andras Csepregi, yang ikut membuka kegiatan ini membenarkan bahwa Hungaria yang multietnik dan agama memerlukan dialog ini. Untuk membangun dunia yang demokratis, ujarnya, dibutuhkan dialog termasuk dialog lintas agama.
Ketua Delegasi Indonesia, Dirjen IDP Kemlu, Andri Hadi, melihat perlunya melawan stereotip negatif Islam di dunia Barat dan keperluan memberdayakan kaum moderat Islam. Sedangkan panelis, Prof Kronitz, mengemukakan dialog lintas agama mutlak diperlukan dalam mencapai perdamaian dan keamanan.
Mengenai perlunya memasukkan kelompok Yahudi dalam dialog seperti ini diamanatkan dalam Konsili Vatikan II. Salah seorang panelis, Dr Toth, melihat peranan penting Indonesia dalam dialog karena berpenduduk mayoritas Islam moderat.
Sedang pembicara lain, Dr Gustav Bolski, menegaskan perdamaian dunia tak mungkin dibangun apabila tak ada perdamaian antarumat beragama. Namun, dialog harus dilakukan atas dasar saling mempercayai dan menghapus sikap prejudisme.
Dialog sehari ini mengangkat tiga tema, yaitu mengenai hal-hal yang mendasari perlunya dialog antara Indonesia dan Hungaria dan peranan para pemimpin agama dalam mempromosikan toleransi serta saling pengertian dan perdamaian. Tema ketiga adalah kerja sama di bidang pendidikan antara komunitas agama dan masyarakat madani.
Sebagai nara sumber dari pihak Indonesia adalah KH Hasyim Muzadi (NU), Uskup Johannes Pujasumarta (Keuskupan Bandung), Prof Dr Ato Mudzar (UIN Syarif Hidayatullah), Prof Dr Jan Aritonang (Sekolah Tinggi Theologia Jakarta), Dr Siti Syamsiatun (UIN Sunan Kalijaga). Dari Hungaria sebagai pembicara adalah Prof Dr Mihaly Kronitz (Katolik), Dr Karoly Toth (Protestan), Prof Dr Istvan Karaazon (Reformatus), Rabbi Tamas Rona (Komunitas Yahudi), Prof. Pal Farkas (Budhis), Prof Dr Tibor Fabiny (Lutheran), Prof Dr Gergely Bakos OSB (Katholik).
Bertindak sebagai moderator adalah Pdt Ilona Svent-Ivanyi, Prof Dr Andras Csepregi, dan Uskup Dr Johannes Pudjasumarta. Dialog lintas agama ini mendapatkan perhatian luas dari media Hungaria.