Jumat 21 May 2010 09:08 WIB

Hikmah-hikmah Sebening Mata Air

Red: irf
Sampul buku Jernihnya Mata Air
Foto: Penerbit Republika
Sampul buku Jernihnya Mata Air

Rasulullah bersabda, "Malaikat mendoakan orang yang masih belum beranjak dari tempat shalatnya selama tidak berhadas (wudhunya belum batal). Malaikat itu mendoakan mereka, Ya Allah ampuni dan rahmati dia." (HR Bukhari dan Abu Hurairah).

Untuk mendapatkan doa malaikat, salah satunya Rasulullah SAW mengajarkan orang Mukmin untuk berlama-lama di tempat ia shalat. Pada hadis tersebut, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa rahmat dan ampunan Allah SWT akan malaikat mintakan kepada-Nya untuk orang tersebut selama ia belum berhadas. Dengan kata lain, orang Mukmin diimbau untuk tidak terburu-buru meninggalkan tempat ia shalat, karena di situlah malaikat tengah mendoakannya.

Petikan tersebut merupakan salah satu dari kumpulan hikmah yang termuat dalam buku ini. Hikmah-hikmah yang ada dalam buku ini mencerminkan bahwa sesungguhnya ajaran Islam sangat manusiawi dan rasional diterjemahkan dalam konteks apapun. Ajaran-ajaran yang bernuansa ibadah ataupun hukum bisa lebih dalam dipahami jika dikaitkan dengan kehidupan manusia yang nyata.

Islam bukan doktrin yang kaku, tapi mengandung banyak pesan hidup yang betul-betul menjadi petunjuk yang berguna bagi umat manusia. Islam adalah ajaran yang sangat jernih, bahkan jauh lebih jernih dibanding mata air.

Dalam buku ini, kita bisa menjumpai hikmah-hikmah lain yang antara lain berjudul 'Didoakan Malaikat', 'Balasan Ibadah Haji', 'Syuhada tanpa Perang', 'Keutamaan Tasbih', dan masih banyak judul lainnya. Tulisan-tulisan pendek dalam buku ini merupakan bahan renungan yang disajikan tanpa menggurui.

Judul       : Jernihnya Mata Air Islam

Penulis    : Fajar Kurnianto

Tebal      : viii+206 halaman

Terbit      : Cetakan I, April 2010

Penerbit   : Penerbit Republika

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement