REPUBLIKA.CO.ID, Semakin banyak warga perkotaan yang bertanam, akan memberi dampak positif bagi lingkungan. Itulah yang diyakini Sigit. Selain itu, juga memberi manfaat bagi banyak segi.
“Dengan diajak berkebun, warga kota akan memiliki ruang publik baru,” kata dia. Mengelola kebun secara bersama, katanya, akan mempererat persatuan warga. Kebun dikelola bersama dan hasilnya pun dinikmati bersama.
“Mereka mendapatkan sayur langsung dari kebunnya, tanpa perlu menggunakan transportasi yang akan menimbulkan banyak jejak karbon di bumi kita,” katanya.
Menurut Sigit, beberapa kegiatan di komunitas Jakarta, kini sidah berjalan. Ia menceritakan kegiatan yang dilakukan warga Pesanggrahan Mas dan di kawasan Kelapa Gading. Kehadiran penggiat Indonesia Berkebun di dua wilayah ini, hanya pada saat memberi pembekalan saja. “Selanjutnya, mereka jalan sendiri. Sudah beberapa kali mereka melakukan panen raya,” katanya.
Kendala di Jakarta, katanya, adalah menemukan lahan yang luas untuk dijadikan kebun bersama. Selain itu, tak semua pemilik lahan menganggur memberi izin bagi kegiatan bertanam karena beragam alasan.
Beda dengan di kota lain. Ia mencontohkan Solo. Pemda Solo pada saat Joko Widodo masih menjadi walikota aktif, katanya, turut aktif membantu mencarikan lahan bagi kegiatan Solo Berkebun. “Mereka memiliki 12 hektare lahan yang dikelola secara mandiri untuk bertani oleh komunitas setempat,” katanya. Begitu juga di Surabaya dan Pontianak.
Menurut Sigit, banyak manfaat bertanam. Selain menyediakan pangan yang sehat, juga turut melestarikan lingkungan.
Bertanam, katanya, bukan pekerjaan yang rumit dan butuh keahlian khusus. Siapapun, katanya, bisa menekuninya asal ada kemauan. Ia mencontohkan, banyak anggota Indonesia Berkebun yang kemudian memutuskan untuk bertani sebagai bentuk pasive income mereka. “Hasilnya lumayan,” katanya.
Bagi mereka yang ingin mempelajari cara berkebun, melalui Akademi Berkebun para aktivis Indonesia Berkebun akan memberikan bimbingan. Tak hanya itu, benih pun bisa diperoleh dengan cuma-cuma. “Mereka bisa bertanam dengan media apa saja, di lahan yang sangat terbatas sekalipun,” katanya.
Hingga kini, jumlah anggota Indonesia Berkebun berjumlah ribuan, tersebar di berbagai kota di Indonesia. Akun Twitter mereka diikuti oleh sekitar 10.435 orang. Sebanyak 25 organisasi nirlaba yang sama-sama menyerukan semangan ber-urban farming kini berafiliasi dengan mereka.
Tak heran, aktivitas mereka diapresiasi banyak pihak. Tahun lalu, mereka diganjar apresiasi Web Heroes dari Google untuk partisipasinya memanfaatkan Internet bagi kemaslahatan bersama.