Jumat 28 Sep 2012 07:01 WIB

Mau Belajar Berkebun, Yuk ke 'Akademi' Berbayar Rp0

Rep: Siwi Tri Puji/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Anggota Indonesia Berkebun sedang memaneng kangkung bersama di lahan milik Akademi Berkebun
Foto: ANTARA
Anggota Indonesia Berkebun sedang memaneng kangkung bersama di lahan milik Akademi Berkebun

REPUBLIKA.CO.ID, Ingin bisa bercocok tanam secara instan? Belajarlah di Akademi Berkebun yang dikelola oleh para penggiat Indonesia Berkebun. Kelas dalam akademi itu dibuka tiap dua bulan sekali. Belajarnya, mulai dari materi dalam ruang hingga praktik lapangan, dilakukan dalam sehari saja.

Syaratnya, cukup mendaftarkan diri dan mentransfer uang Rp 25 ribu. “Biaya belajarnya gratis. Uang digunakan untuk membeli konsumsi bagi peserta, karena kegiatan dilakukan dari pagi hingga sore,” kata Ida Amal, salah satu pengelola Akademi Berkebun.

Selain itu, transfer uang sebagai bentuk tanggung jawab peserta. Dulu, Akademi Berkebun menggratiskan seluruh biaya pendidikan, termasuk konsumsi. Uang untuk membeli makanan bagi peserta, diambil dari hasil penjualan kebun percontohan.

Namun, beberapa peserta ada yang “nakal”. Misalnya, berhalangan hadir tanpa pemberitahuan, sehingga konsumsi yang sudah disiapkan, menjadi mubadzir. “Padahal, uang yang dipakai untuk membelinya bisa dimanfaatkan untuk hal lain, membeli benih misalnya,” kata Ida.

Dalam kelas berkebun, peserta diajarkan mulai dari pengenalan jenis-jenis sayuran, cara bercocok-tanam, pengendalian hama, hingga pemanenan. Bagi yang berniat untuk menekuninya secara komersial, diajarkan cara marketingnya.

Mereka juga menghadirkan tutor tamu, yang biasanya adalah praktisi di bidangnya. Beberapa direktur dan pakar marketing pernah menjadi pemandu.

Menurut Ida, tak sedikit alumni Akademi Berkebun yang memutuskan untuk menekuni agrobisnis di lahan yang mereka sewa. Apalagi, tren pangan organik kian menyebar di banyak kota. “Kita memang mengarahkan peserta pada model pertanian organik,” katanya.

Ida yang juga aktif di Banten Berkebun bermimpi, pertanian perkotaan mengisi ceruk kebutuhan sayur-mayur organik warga perkotaan. Potensinya, kata dia, sangat besar. Ia mencontohkan perkebunan kangkung di kawasan Sepatan, Tangerang, yang tiap hari kewalahan melayani permintaan, padahal panen mereka 20 ton/bulan.

Namun yang utama, kata dia, pertanian perkotaan membantu warga kota untuk berswasembada pangan. “Paling tidak, ketahanan pangan keluarga terjamin,” katanya.

Ingin bergabung dengan komunitas berkebun di kota Anda? Follow akun Twitter di bawah ini:

    Aceh - @ACEHberkebun

    Medan - @mdnberkebun

    Padang - @pdgberkebun

    Batam - @BatamBerkebun

    Banten - @bntberkebun (tiga lokasi: Serang, Bintaro Callista, BSD)

    Jakarta - @JktBerkebun (tiga lokasi: Holycow Senopati, Holycow Kelapa Gading , dan Rumah Sushi Kelapa Gading)

    Bogor - @bgrberkebun

    Depok - @DpkBerkebun

    Bekasi - @BekasiBerkebun

    Bandung - @BdgBerkebun

    Sukabumi - @smiberkebun

    Batang - @BatangBerkebun

    Semarang - @smgberkebun

    Jogja - @JgjBerkebun

    Solo - @SoloBerkebun

    Madiun - @MadiunBerkebun

    Malang - @MLGberkebun 

    Surabaya - @srbyberkebun

    Denpasar - @BaliBerkebun

    Pontianak - @ptkberkebun

    Banjarmasin - @BjmBerkebun

    Samarinda - @smdberkebun

    Makassar - @MksrBerkebun

  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement