REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Menimang bayi berujung pada penjara. Itulah yang dialami Devagirii, seorang ayah berusia 30 tahun warga Singapura.
Demi menenangkan bayinya yang menangis keras, ia mengayunkan anaknya ke atas-ke bawah beberapa kali sampai bayinya berhenti menangis. Namun tindakan yang dilakukan tanggal 10 Juni lalu itu diduga menyebabkan cidera otak yang menyebabkan bayinya menghembuskan nafas terakhir beberapa hari setelah dirawat di rumah sakit.
Menurut situs AsiaOne, apa yang menimpa anak Devagirii lazim disebut sebagai Sindrom bayi terguncang (Shaken baby syndrome/SBS) dalam dunia kedokteran. Hal ini terjadi bila bayi atau anak terguncang keras, bahkan untuk sesingkat waktu lima detik saja. Hal ini terutama terjadi pada bayi dan balita di bawah dua tahun, meski tak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada mereka hingga lima tahun.
Dalam artikel yang merupakan rangkuman pendapat sejumlah pakar, termasuk dalam SBS adalah menimang dalam gendongan, yaitu mengguncang bayi mondar-mandir, tanpa dukungan ke kepala atau leher.
Menurut mereka, ruang antara otak dan tengkorak pada bayi adalah besar. Guncangan atau getaran keras akan membuat otak "memantul" dalam tengkorak.Bila hal itu dilakukan berulang, akan menyebabkan perdarahan yang pada gilirannya, pembekuan darah yang terjadi akan menekan otak. Pada kasus yang parah, bayi itu bisa mati, tulis AsiaOne.