REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit terkait air, sanitasi dan masalah kebersihan (hygiene) berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008 menyumbangkan 3,5 persen dari total kematian di Indonesia.
Sedangkan salah satu penyakit akibat ketiga hal tersebut, yaitu diare, menyumbang kematian nomor satu pada balita di Indonesia—sebesar 25 persen sesuai data Riset Kesehatan Dasar 2007.
Masalah utama yang memengaruhi adalah masalah sanitasi. Meliputi banyak faktor sanitasi seperti selokan tersumbat, mencuci dan mandi di sungai tercemar, buang air besar sembarangan, jamban yang asal-asalan, pembuangan limbah industri di kawasan pemukiman dan pembuangan liar lumpur tinja.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan fasilitas seperti seperti mandi cuci kakus (MCK) masih menjadi kendala bagi sebagian masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan jamban dengan pembuangan yang tidak benar.
Selain penyakit terkait air, sanitasi dan kebersihan, angka kematian juga sangat dipengaruhi oleh perlilaku orang Indonesia. ''Penyakit-penyakit ini sebenarnya bisa dihindarkan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),'' kata Tjandra.
Penyakit seperti diare, cacingan dan typus bisa menular dari tangan yang tidak bersih. Sayangnya, perilaku cuci tangan masih jarang dilakukan orang. Secara umum perilaku cuci tangan pakai sabun orang Indonesia masih sangat rendah. Data perilaku cuci tangan Kementerian Kesehatan 2010 mencatat hanya 23 persen orang yang mencuci tangan dengan sabun. Meningkat dua kali lipat dibanding 2007 yang sebesar 11 persen.
Meski begitu, kajian morbiditas diare tahun 2010 oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan penurunan penderita diare dari 423 per seribu penduduk menjadi 411 per seribu penduduk. Menurut Tjandra, cuci tangan pakai sabun adalah cara sederhana menjaga kesehatan dan bisa menurunkan kasus diare hingga 47 persen, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu burung hingga 50 persen.