Selasa 15 Apr 2014 19:19 WIB

Alami Alergi, Bayi Berpotensi Terkena Asma

Kepala bayi
Foto: telegraph.co.uk
Kepala bayi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ahli imunitas alergi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Zakiudin Munasir mengatakan bayi yang mengalami alergi berpotensi besar terkena asma dan atau rinitis (radang selaput hidung).

"Studi mengenai perjalanan alamiah alergi atau 'allergy march' menunjukkan bahwa empat dari 10 anak yang mengalami alergi (dermatitis atopik/radang kulit) akan mengalami asma dan atau rinitis alergi di kemudian hari," kata Zakiudin di Jakarta, Selasa (15/4).

Zaki mengatakan sebagian besar bayi yang mengalami alergi biasanya dipicu oleh faktor lingkungan dan makanan. "Faktornya bisa macam-macam. Tetapi dari kasus di lapangan menyebutkan sebanyak 30 persen dari kasus alergi itu disebabkan oleh alergi susu sapi."

Selain susu sapi, faktor pola makan ibu bayi juga memiliki pengaruh yang besar meski belakangan menurutnya cenderung kurang berkaitan. Alasannya terdapat perubahan faktor lingkungan dan gaya hidup yang kian kurang sehat selama sepuluh tahun terakhir.

"Pada 10 tahun yang lalu para ahli sepakat untuk menghindari makanan yang memicu alergi seperti makanan laut dan kacang tanah. Setelah diteliti selama lima tahun sesudahnya ternyata faktor makanan itu kurang relevan. Hal yang lebih penting dari makanan itu adalah perlunya seorang ibu menghindari asap rokok terutama saat mengandung bayi," katanya.

Singkatnya, asap rokok menjadi penyebab utama alergi pada bayi terutama bagi para ibu dengan riwayat menjadi perokok aktif ataupun pasif.

Sementara itu, ahli kesehatan Universitas Indonesia Astrid Sulistomo mengatakan pengetahuan yang baik akan alergi bisa menjadi salah satu cara melakukan penghematan keuangan. Alasannya, dengan memiliki pengetahuan yang baik dapat mencegah potensi timbulnya alergi.

"Biaya untuk kesehatan perorangan itu makin meningkat. Perlu pengetahuan yang optimal agar tidak perlu ada pengeluaran untuk biaya pengobatan di masa mendatang. Pencegahan itu lebih baik daripada mengobati."

"Dengan bagitu, bukan masalah uang yang lebih banyak untuk menjamin kesehatan kita tapi dengan pencegahan dini akan membawa kita kepada tingkat kesehatan yang tinggi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement