REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bakti Pulungan mengatakan bayi umur 0-3 bulan perlu dilakukan skrining hipotiroid kongenital (SHK).
Menurutnya, hal itu untuk mengetahui sedini mungkin apakah bayi mengalami tiroid atau tidak, sebelum gejala klinis muncul.
"Apabila sudah diketahui hasil skrining dan diagnosa bayi terkena gangguan hipotiroid kongentinal dapat diberi pengobatan untuk mencegah kecacatan atau kematian bayi, serta mengoptimalkan potensi tumbuh kembang," katanya, Senin (25/5).
Sebanyak 1,7 juta jiwa warga di Indonesia berpotensi mengalami gangguan tiroid. Jumlah tersebut cukup signifikan, bahkan termasuk tertinggi di Asia Tenggara.
"Hal tersebut akibat masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai gangguan tiroid. Walaupun tiroid merupakan masalah kesehatan umum pada beberapa pasien gangguan tiroid bisa tidak terdiagnosa selama bertahun-tahun," katanya pada acara jumpa media bertema " Bebaskan Dirimu dari Gangguan Tiroid" di Sanur, Bali.
Aman mengatakan bayi yang menderita hipotiroid kongenital bisa saja mengalami gejala yang berbeda satu sama lain. Gejala dan tanda yang dapat muncul pada bayi dengan gangguan tiroid adalah aktivitas menurun atau kurang aktif, mengalami kuning (icterus) yang lama, lidah menjadi besar, perut buncit, kulit kering dan burik, serta mudah kedinginan.