REPUBLIKA.CO.ID, Sakit gigi disebabkan kerusakan pada gigi (lubang) atau dari jaringan sekitarnya (gusi). Terutama lubang pada geraham yang sudah menjalar ke saraf gigi, sehingga menimbulkan nyeri yang hebat.
Tak heran kalau ada lagu yang mengibaratkan sakit gigi sesakit luka di hati. Menyiksa, boleh jadi padanan kata yang tepat bila sakit gigi.
Di dalam gigi ada pulpa gigi yang terdiri dari pembuluh darah, jaringan, serta saraf-saraf yang sensitif. Sakit gigi terjadi ketika pulpa mengalami radang.
Peradangan itu sendiri penyebabnya bermacam-macam, antara lain karena adanya tumpukan nanah di bagian dasar gigi akibat infeksi bakteri (abses periapikal), gigi retak, penyusutan gusi, kerusakan gigi yang mengakibatkan lubang, rusaknya tambalan, serta gigi yang terjepit di antara gigi lainnya ketika tumbuh.
Masalah pada gigi seringkali mengganggu aktivitas penderita. Menurut Drg. Putu Saraswati, karena sakit gigi tidak akan hilang dengan sendirinya, maka selalu perlu ditangani oleh dokter gigi.
"Jika membiarkan rasa sakitnya, dikhawatirkan dapat merambat ke penyakit lain. Karena itu, sebaiknya tidak meremehkan dan menunda pemeriksaan gigi apabila dijumpai gangguan pada gigi," kata Drg. Putu, ketika di temui di klinik tempat ia praktik.
Ditambahkan oleh Drg. Putu, kebanyakan mereka yang menderita sakit gigi biasanya mengalami gejala seperti nyeri di sekitar gigi dan rahang, pembengkakan, sakit kepala, bahkan demam. Tingkat keparahan nyeri bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga hebat.
"Menurut pola kemunculannya, nyeri bisa timbul dan hilang secara berulang-ulang atau terasa terus-menerus (konstan). Seringkali penderita sakit gigi merasakan nyeri atau ngilu yang memburuk pada malam hari atau ketika mereka makan dan minum, terutama yang terlalu dingin atau panas," tambahnya.