REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Para ilmuwan sedang mengembangkan bantuan teknologi tinggi untuk pasien stroke.
Teknologi yang dirancang oleh peneliti di Selandia Baru ini dapat bereaksi terhadap sedikit gerakan anggota badan pemakainya sehingga memungkinkan pasien stroke mendapatkan kembali fungsi tubuhnya.
Dr Angus McMorland dari Departemen Ilmu Pelatihan Ilmu Universitas Auckland dan Profesor Thor Besier dari institut Bioteknologi Auckland telah menciptakan sensor untuk mengukur aktivitas otot pasien stroke.
Mereka menggunakan data guna menyimpulkan gerakan yang dimaksud oleh pasien. Data itu kemudian akan disampaikan ke robot exoskeletal yang dirancang dibangun Profesor Minoru Hashimoto dan timnya di Universitas Shinshu Jepang.
Robot yang diberi nama Curara ini memiliki motor kuat pada lutut dan pinggul yang mendorong kerja otot di sekitarnya untuk ikut bekerja.
Mereka juga membangun exoskeleton lengan yang menyambung dengan otot bahu. McMorland mengatakan ini memungkinkan pengguna melakukan tugas sehari-hari. Exoskeleton akan bermanfaat untuk rehabilitasi dan membantu pasien stroke mendapatkan kembali beberapa gerakan. Namun bukan tidak mungkin teknologi ini bisa salah menafsirkan niat pemakainya.
"Tetapi sebagai bagian dari sistem, robot akan mengalami pemeriksaan keamanan terlebih dahulu dan mudah-mudahan itu juga akan memperbaiki gerakan-gerakan saat Anda pergi," ujar McMorland seperti dilansir dari New Zealand Herald, ahad (6/12).
Dalam kasus-kasus ekstrem di mana pasien tidak dapat memanfaatkan aktivitas otot dan gerakan, maka mereka masih bisa berkendara sistem seperti ini. Tantangannya adalah bagaimana menafsirkan sinyal otak. Teknologi ini cukup mahal, tapi ilmuwan bertekad mengembangkan teknologo yang mampu digunakan bagi banyak orang.
"Saya harap dapat melihat teknologi ini dapat digunakan banyak orang suatu hari nanti," ujarnya.