Kamis 15 Feb 2018 03:53 WIB

Selfitis, Gangguan Jiwa Akibat Terlalu Sering Swafoto

American Psychiatric Association menyatakan selfitis sebagai gangguan psikologis.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Selfie. Ilustrasi
Foto: Digitaltrends
Selfie. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MADURAI -- Peneliti di Nottingham Trent University dan Thiagarajar School of Management (TMS), memastikan adanya gangguan kejiwaan yang disebut dengan istilah Selfitis. Gangguan kejiwaan ini ditemukan pada seseorang yang terlalu sering swafoto atau selfie. Pembenaran ini telah diterbitkan dalam International Journal of Mental Health and Addiction setelah dilakukan studi di India.

Dilansir di Yahoo Style, Rabu (14/2), India dipilih sebagai lokasi penelitian karena menjadi negara dengan pengguna Facebook terbanyak. India juga memiliki tingkat kematian tertinggi akibat percobaan melakukan swafoto di lokasi yang berbahaya.

Salah satu peneliti dari TMS, Chlow Ward, menjelaskan, Selfitis sebenarnya bukan hal baru, melainkan sudah ada sejak 2014. Saat itu, American Psychiatric Association (APA) menyarankan untuk menetapkan Selfitis sebagai gangguan psikologis. "Maknanya, keinginan kompulsif obsesif untuk memotret diri sendiri dan mengunggahnya di media social sebagai cara mengatasi rasa tidak percaya diri," ucapnya.

Dalam jurnal, disebutkan bahwa ada tiga tingkat kondisi dalam Selfitis atau disebut sebagai Selfitis Behaviour Scale. Skala ini dirancang untuk menilai kondisi dan menentukan penyebab orang menjadi kecanduan swafoto.

Skala paling rendah disebut dengan borderline, berlaku untuk orang-orang yang swafoto tiga kali sehari tapi tidak mengunggahnya ke media sosial. Skala berikutnya, acute, untuk mereka yang mengunggahnya.

Tingkat paling tinggi, chronic, adalah ketika seseorang swafoto secara konsisten dan mengunggahnya secara online lebih dari enam kali sehari. Mereka memiliki dorongan tidak terkendali untuk memotret diri sendiri.

Ward mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami Selfitis, di antaranya kurang percaya diri, ingin mencari perhatian dan persaingan sosial. "Peneliti menemukan, penderita Selfitis adalah mereka yang megharapkan bisa meningkatkan status sosial mereka dan merasa menjadi bagian dari suatu kelompok dengan mengekspos foto selfie secara terus menerus," tuturnya.

Gangguan Selfitis bisa semakin parah dalam diri seseorang apabila ia terus mendapatkan Like atau bentuk penerimaan orang lain. Dampaknya, orang tersebut akan mengedit foto dengan filter maupun aplikasi yang bisa mempercantik fotonya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement