Rabu 20 Dec 2023 14:55 WIB

Kerap Bahayakan Nyawa, Selfie Kini Dianggap Sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat

Jatuh dari ketinggian akibat selfie merupakan penyebab umum cedera dan kematian.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Wisatawan berswafoto dengan latar Kota Sumedang, di Puncak Gunung Pangadegan, Desa Rancamulya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (2/9/2020). Jatuh akibat selfie di ketinggian bisa bahayakan nyawa.
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Wisatawan berswafoto dengan latar Kota Sumedang, di Puncak Gunung Pangadegan, Desa Rancamulya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (2/9/2020). Jatuh akibat selfie di ketinggian bisa bahayakan nyawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melakukan swafoto (selfie) sudah menjadi hal lumrah di era digital seperti sekarang. Namun, hal mengejutkan kini diungkap para peneliti tentang risiko bahaya dari selfie, baik dari segi cedera fisik, kematian, maupun masalah mental dari kebiasaan tersebut.

Pengambilan foto selfie kini dianggap berbahaya. Sebuah tinjauan yang dilakukan oleh University of New South Wales di Australia menyimpulkan bahwa selfie bisa menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.

Baca Juga

Merujuk data dari berbagai penelitian yang ditinjau oleh rekan sejawat di AS dan Australia sejak 2011, ulasan tersebut diterbitkan dalam Journal of Medical Internet Research pada September tahun ini. Kematian akibat selfie di lokasi perairan merupakan insiden yang paling memprihatinkan, termasuk pengambilan foto di area yang indah dan fotogenik.

Penggunaan ponsel pintar dan aplikasi berbahaya secara umum, menurut penelitian tersebut. Namun, empat dari lima penelitian yang ditinjau oleh rekan sejawat mengidentifikasi jatuh dari ketinggian akibat melakukan selfie sebagai penyebab paling umum cedera dan kematian.

Berdasarkan tinjauan penelitian sebelumnya, penyebab paling umum kematian akibat selfie adalah terjatuh dari ketinggian. Tenggelam diidentifikasi sebagai penyebab kematian paling umum kedua.

Penulis utama studi Sam Cornell, seorang peneliti di Sydney School of Public Health, University of Sydney, mengatakan dia secara khusus tertarik pada cedera dan kematian akibat selfie yang berhubungan dengan lingkungan dan perairan.

"Saya tidak melihat orang-orang terluka karena mengambil selfie di bangunan buatan manusia atau jalur kereta api, misalnya,” katanya kepada Fox News Digital melalui surel, dikutip Selasa (19/12/2023).

Penulis utama studi tersebut mengatakan dia juga terkejut bahwa usia rata-rata korban yang dilaporkan adalah 22 tahun. Sebagian besar dari korban adalah wisatawan perempuan.

Menurut peneliti, risiko bahaya selfie berbeda-beda di setiap negara. Di AS dan Australia, orang-orang kerap terluka atau meninggal saat sendirian, biasanya akibat terjatuh dari tebing.

Di India, banyak orang meninggal di perairan, sering kali secara berkelompok. Kasus kematian terbaru dialami turis asal Brasil, Fernanda Morella (33 tahun), yang terjatuh hingga tewas di tebing Kangaroo Point saat merayakan ulang tahunnya di Brisbane, Australia, pada tahun 2021, menurut news.co.au.

Turis Inggris Madalyn Davis berusia 21 tahun jatuh dari tebing di Diamond Bay Reserve, Sydney, dan meninggal pada 2020. Studi tersebut menyimpulkan bahwa diperlukan "respons komunikasi risiko kesehatan masyarakat", karena hal ini masih luput dari perhatian.

Metodenya bisa mencakup diberlakukannya "zona dilarang selfie", pembatas fisik, papan tanda, dan informasi tentang zona berbahaya yang disediakan di media sosial. Namun, penelitian mengungkapkan bahwa upaya mitigasi risiko ini belum cukup untuk mencegah kecelakaan.

"Mungkin lebih bijaksana jika kita juga terlibat dalam pesan keselamatan langsung kepada pengguna media sosial," demikian saran studi tersebut.

Kontributor medis Fox News, Dr. Marc Siegel, dari NYU Langone di AS, yang tidak terlibat dalam tinjauan penelitian ini, sepakat bahwa kecelakaan yang berhubungan dengan selfie merupakan krisis kesehatan masyarakat. Tidak hanya itu, selfie juga dilihat memicu masalah mental. Mengapa?

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement