Selasa 27 Feb 2018 09:35 WIB

Bully Saudara Picu Skizofrenia

bully di rumah bisa berarti tidak ada tempat aman untuk melarikan diri dari siksaan.

Bully Saudara. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Bully Saudara. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Orang tua menganggap perilaku bully pada saudara sendiri adalah hal yang wajar. Namun, penelitian dari Universitas Warwick mengatakan, bully di rumah bisa berarti tidak ada tempat aman untuk melarikan diri dari siksaan.

Anak-anak yang menjadi korban bully saudaranya dalam kurun waktu sebulan beberapa kali tiga kali lebih mungkin mengalami gangguan psikologi seperti skizofrenia dibanding anak lain. Bagi anak yang di-bully di sekolah dan rumah, peluang mereka empat kali lebih tinggi.

Temuan tersebut berasal dari analisis 3.600 anak di Inggris yang ditanya mengenai bully pada umur 12 tahun dan gejala psikologis pada umur 18 tahun. "Bully oleh saudara kandung saat ini diabaikan sebagai trauma yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental serius seperto gangguan psikologi," papar Peneliti senior dari Departemen Psikologi Universitas Warwick, Dieter Wolke.

"Anak-anak menghabiskan banyak waktu dengan saudaranya di dalam rumah dan jika mereka di-bully dan dikucilkan, ini dapat menyebabkan kekalahan sosial dan menyalahkan diri sendiri dan gangguan kesehatan mental yang serius," lanjutnya.

Bukti menunjukkan seseorang yang di-bully oleh saudaranya selama beberapa kali dalam seminggu pada masa kanak-kanak akan dua kali lebih mungkin menderita depresi dan menyakiti diri sendiri. Dalam penelitian terbaru, terlihat gejala psikologi, termasuk halusinasi dan pikiran delusional.

Dari remaja yang diteliti, 664 orang adalah korban bully saudara, 486 orang membullysaudara dan 771 adalah anak yang membuli dan korban bully dari saudaranya. Hasilnya pada usia 18, 55 diantaranya mengalami gangguan psikologi.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Medicine ini menyatakan bahwa trauma masa kanak-kanak menciptakan kerentanan kognitif abadi di otak. Dengan bully ditemukan orang lebih sensitif terhadap stres. Anak-nak yang dibully di rumah lebih sering mengalami bully oleh teman mereka.

Peneliti menyatakan, agresi saudara adalah bentuk kekerasan keluarga yang paling umum. "Namun demikian, orang tua dan profesional kesehatan terus merasakan agresi antara saudara kanding sebagai perilaku jinak dan normatif ketika anak-anak tumbuh dewasa," tutupnya.

Mereka menyimpulkan bahwa orang tua harus diberi tahu tentang konsekuensi kesehatan mental jangka panjang yang mungkin ditimbulkan oleh bully saudara kandung. Selain itu, intervensi harus dikembangkan untuk mengurangi dan bahkan mencegah bentuk agresi di dalam keluarga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement