Ahad 18 Feb 2018 13:50 WIB

Ponsel Picu Pertumbuhan Tumor Langka

Tumor saraf langka ini dikenal dengan nama schwannoma.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Ponsel. Ilustrasi
Foto: .
Ponsel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah meneliti selama 10 tahun, National Toxicology Program menemukan bukti bahwa radiasi ponsel dapat meningkatkan risiko pertumbuhan tumor saraf langka. Tumor saraf langka ini dikenal dengan nama schwannoma.

 

Tumor saraf langka ini tumbuh pada organ jantung tikus-tikus percobaan yang mendapat paparan radiasi ponsel. Keberadaan schwannomas ini hanya ditemukan pada tikus-tikus percobaan jantan dan tidak ditemukan pada tikus-tikus percobaan betina.

 

"Mungkin karena tubuh tikus jantan yang lebih besar menyerap lebih banyak radiasi dibanding tikus betina," ungkap ketua peneliti sekaligus ilmuwan senior dari National Toxicology Program John Bucher PhD seperti dilansir WebMD.

 

Meski schwannomas ditemukan pada tikus, para ilmuwan menilai temuan ini cukup menarik. Alasannya, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa risiko pertumbuhan schwannomas di bagian dalam telinga lebih besar pada individu yang sering menggunakan ponsel.

 

National Toxicology Program juga menemukan bahwa radiasi ponsel dapat memberi dampak biologis lain pada keturunan tikus. Bayi hewan yang dilahirkan oleh induk yang terpapar radiasi ponsel memiliki berat yang lebih rendah dibandingkan bayi hewan yang dilahirkan oleh induk yang tidak terpapar radiasi ponsel.

 

Dari temuan ini, Bucher melihat ada dampak biologis dari radiasi ponsel namun belum bisa menyimpulkan bahwa radiasi ponsel atau radiasi radiofrekuensi bersifat karsinogenik. Sekalipun radiasi radiofrekuensi dianggap bersifat karsinogenik, maka kadarnya masih kecil.

 

"Saya rasa semua orang akan mengklasifikasikan radiasi radiofrekuensi sebagai karsinogen lemah, jika (radiasi radiofrekuensi) ini dianggap sebagai karsinogen," lanjut Bucher.

 

Food and Drug Administration (FDA) juga menilai temuan ini memberikan keyakinan bahwa penggunaan ponsel aman. Meski ponsel digunakan setiap hari oleh sebagian besar masyarakat, FDA juga tidak melihat adanya peningkatan kasus seperti tumor otak.

 

"Kamimeyakini batas keamanan ponsel saat ini bisa melindungi kesehatan masyarakat," terang Direktur Divisi Center for Devices and Radiological Health FDA Jeffrey Shuren MD JD.

 

Di sisi lain, beberapa ahli menilai temuan National Toxicology Program justru perlu diiringi dengan kewaspadaan. Alasannya, beberapa penelitian terdahulu juga secara konsisten menunjukkan bahwa radiasi ponsel dapat merusak DNA. Fakta bahwa radiasi ponsel dapat merubah DNA seharusnya menunjukkan bahwa radiasi ponsel harus ditangani dengan lebih baik.

 

"Jarak merupakan teman Anda dengan ponsel," ungkap ahli toksikologi dari Environmental Health Trust Devra Davis PhD. 

 

Baca juga: Korea Utara Kini Miliki Aplikasi Ponsel Kecantikan

 

Menambah sedikit saja jarak antara pengguna dan ponsel, lanjut Davis, sudah dapat mengurangi paparan radiasi ponsel terhadap pengguna. Davis juga menyarankan orang-orang yang membawa ponsel dekat dengan bagian tubuh sebaiknya mengatur agar ponsel yang mereka bawa berada dalam mode penerbangan atau airplane mode. Pengaturan ini dapat menurunkan paparan radiasi terhadap orang yang membawa ponsel tersebut.

 

Davis juga menilai para orang tua harus lebih waspada ketika mengizinkan anak mereka memainkan ponsel. Alasannya, jaringan-jaringan pada tubuh anak masih dalam proses pertumbuhan sehingga lebih rentan untuk mengalami kerusakan.

 

"Kita harus berhenti berpikir bahwa alat ini adalah mainan dan alat permainan untuk anak-anak. Ini ide yang buruk," tegas Davis.

 

Tak hanya itu, Davis juga mengingatkan para pengguna ponsel mengenai bahaya lain terkait penggunaan ponsel. Davis mengatakan waktu paling berbahaya untuk menggunakan ponsel adalah ketika sinyal pada ponsel lemah. Ketika sinyal lemah, ponsel akan meningkatkan energi output mereka untuk mencoba terhubung dengan menara pemancar sinyal.

 

"Hanya gunakan ponsel Anda pada saat darurat jika sinyal pada ponsel tersebut lemah," ungkap Davis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement