REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minyak kelapa setelah tiga dekade diklaim sebagai salah satu pilihan baik untuk dikonsumsi. Namun, baru-baru ini seorang profesor di Harvard TH Chan School of Public Health, Karin Michels, menyebut minyak kelapa sebagai "racun murni" melalui sebuah artikel penelitian dalam bahasa Jerman yang berjudul "Minyak Kelapa dan Kesalahan Gizi Lainnya".
Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban seputar minyak kelapa bersama para ahli kesehatan, dilansir dari New York Times, Kamis (23/8).
T: Mengapa minyak kelapa tiba-tiba dibilang tidak sehat setelah dinyatakan menyehatkan selama tiga dekade?
J: Citra minyak kelapa telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Profesor Ilmu Pengetahuan di Tufts University yang merupakan Wakil Ketua Komite Penasihan Pedoman Diet di Pemerintahan Federal AS, Alice H Lichtenstein, mengatakan minyak kelapa pada dasarnya tinggi asam lemak jenuh yang sering dikaitkan dengan kadar kolesterol tinggi dan penyakit jantung. Para kritikus baru-baru ini mengajukan banyak pertanyaan tentang bukti ilmiah hal tersebut.
Pemerintah sejak lama mendesak warga Amerika mengurangi asupan lemak jenuh hingga kurang dari 10 persen kalori harian atau 20 gram untuk diet 2.000 kalori per hari. Lichtenstein mengatakan, hanya ada sedikit penelitian tentang efek kesehatan dari konsumsi minyak kelapa, dan tak ada manfaat khusus dari mengonsumsi itu.
Profesor Nutrisi di Cornell University, Tom Brenna, mengatakan, minyak kelapa murni yang diproses dan disaring lebih lama mungkin lebih sedikit efek bahayanya dibanding minyak kelapa olahan, meski komposisi asam lemaknya mirip. Minyak kelapa yang telah diproses dengan pelarut khusus menjalani pemanasan tinggi sehingga meningkatkan kadar kolesterol. Pengolahan terlalu panas bisa merusak beberapa asam lemak esensial dan antioksidan di dalam minyak kelapa, seperti asam laurat, asam lemak rantai menengah yang diyakini mengandung banyak kolesterol baik (HDL).
Baca juga: Simak Sederet Fakta dan Khasiat Minyak Zaitun
T: Lebih bagus mana, minyak kelapa atau minyak zaitun?
J: American Heart Association (AHA) lebih memilih minyak zaitun. Satu sendok minyak kelapa mengandung lemak jenuh enam kali lebih besar dari minyak zaitun. Takaran ini hampir memenuhi batas harian sekitar 13 gram yang direkomendasikan AHA. Asupan lemak jenuh tinggi dikaitkan dengan peningkatan kolesterol jahat (LDL) yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
Minyak zaitun mengandung lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal yang bermanfaat bagi kesehatan. Ahli diet dan juru bicara AHA, Annessa Chumbley, menyarankan konsumen lebih memilih minyak zaitun.
Profesor Kedokteran di Harvad Medical School, Qi Sun, mengatakan, mereka yang pro-minyak kelapa menyatakan minyak kelapa kaya phytochemical yang memiliki sifat antioksidan yang sehat. Extra virgin coconut oil (EVCO) sama dengan extra virgin olive oil (EVOO) dianggap sama-sama mengandung phytochemical. Namun, EVCO di pasaran kebanyakan hanya mengandung sedikit antioksidan.