Selasa 04 Sep 2018 15:19 WIB

Peneliti Temukan Bakteri 'Superbug' yang Kebal Obat

Bakteri tahan obat ini ditemukan pada lansia atau pasien yang alami infeksi parah

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Bakteri
Foto: pixabay
Ilustrasi Bakteri

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE-- Para peneliti di Universitas Melbourne menemukan tiga varian dari superbug yang tahan dari banyak obat. Sampel penelitian ini diambil dari 10 negara termasuk strain di Eropa.

Direktur Laboratorium Kesehatan Publik Unit Diagnostik Mikrobiologi Universitas Melbourne, Ben Howden mengatakan peneliti memulai dengan sampel di Australia. Tetapi saat melakukan snapshot global, merka menemukan objek tersebut di banyak negara dan lembaga di seluruh dunia.

“Sepertinya sudah menyebar,” kata Howden, dilansir dari Malay Mail, Selasa (4/9).

Bakteri itu  diketahui sebagai Staphylococcus epidermidis. Ini ditemukan secara alami pada kulit manusia dan paling sering menginfeksi lansia atau pasien yang telah memiliki bahan prostetik yang ditanamkan, seperti kateter dan penggantian sendi.

“Ini bisa mematikan, tetapi biasanya (menyerang) pada pasien yang sudah sangat sakit di rumah sakit. Itu sangat sulit diberantas dan infeksi bisa parah,” ujar Howden.

Mereka menemukan beberapa strain dari bug tersebut membuat perubahan kecil dalam DNA-nya yang menyebabkan resistensi terhadap dua antibiotik yang paling umum. Ini sering diberikan secara bersamaan untuk mengobati infeksi rumah sakit.

Selain itu, para peneliti mengatakan mereka percaya superbug menyebar dengan cepat karena penggunaan antibiotik yang sangat tinggi di unit perawatan intensif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama memperingatkan penggunaan antibiotik berlebihan yang memicu bakteri yang tahan terhadap obat.

Penelitian lain di Australia menunjukkan beberapa superbug rumah sakit tumbuh semakin toleran terhadap disinfektan berbasisi alkohol yang ditemukan di tangan dan pembersih yang digunakan di bangsal rumah sakit. Howden mengatakan penelitiannya, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology, menunjukkan perlunya pemahaman lebih baik tentang bagaimana penyebaran infeksi dan rumah sakit mana yang ditargetkan bakteri.

“Ini menyoroti penggunaan lebih banyak antibiotik semakin mendorong lebih banyak bakteri yang resistan terhadap obat,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement