Rabu 05 Sep 2018 08:17 WIB

Dari Mana Datangnya Ketakutan pada Kecoa?

Wujud kecoa yang berwarna gelap, licin, dan berminyak dapat mengganggu pikiran.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Fobia bisa hinggap akibat berbagai sebab, salah satunya karena kecoa.
Foto: pixabay
Fobia bisa hinggap akibat berbagai sebab, salah satunya karena kecoa.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Banyak orang merasa takut atau jijik pada kecoa. Ketakutan ini disebut dengan istilah katsaridaphobia. Lalu sebenarnya dari manakah datangnya ketakutan kita pada kecoa? Para ahli memberikan jawabannya.

Psikolog Jolene Hwee menerangkan ketakutan pada kecoa berhubungan dengan pengalaman di masa kecil. "Ketakutan yang dialami semasa kanak-kanak dari pengaruh lingkungan bisa terbawa hingga mereka dewasa. Termasuk di dalamnya pikiran negatif, pengalaman traumatik, atau menirukan ketakutan yang dirasakan kedua orang tuanya. Begitua fobia terbentuk," ungkap Hwee sebagaimana dikutip dari Channel News Asia.

Menurut wanita yang juga seorang psikoterapis ini, ketakutan dari orang-orang di sekitar dapat menular dan membentuk ketakutan kita pada masa kecil. Hwee menuturkan ketakutan yang demikian tidak hanya terjadi ketika menghadapi kecoa. Pengalaman hidup pun berkontribusi dalam melahirkan fobia.

"Fobia baru muncul karena situasi yang tidak terduga dan orang tidak mampu menanganinya. Contohnya pengalaman terjebak di dalam lift yang berhenti atau tempat-tempat sempit akan menimbulkan klaustrofobia," kata Hwee.

Keterangan Hwee ditegaskan oleh Associate Professor Lim Tit Meng, Chief Executive di Science Centre Singapore. "Anak-anak yang melihat orang lain menjerit ketakutan karena melihat kecoa atau menepis kecoa bisa jadi ikut mempunyai reaksi yang sama," ungkap Lim.

Wujud kecoa yang berwarna gelap, licin, dan berminyak dapat membuat seseorang merasa terganggu. "Beberapa orang takut kecoa karena binatang itu bersembunyi di tempat-tempat gelap dan muncul tiba-tiba. Sebagian lain takut karena merasa kecoa menginvasi rumah mereka, bisa menggigit, dan menyebarkan penyakit. Di sisi lain, kecoa juga dianggap mengganggu karena mengeluarkan bau," papar Lim.

Namun menariknya, katsaridaphobia rupanya juga bisa dialami seseorang akibat faktor keturunan. Lim menjelaskan bahwa para ilmuwan menemukan tikus bisa meneruskan pengalaman traumatiknya kepada keturunannya. "Inilah alasan mengapa orang punya ketakutan terhadap hal-hal yang tidak rasional. Ketakutan itu bisa disebabkan karena faktor keturunan dari orang tua atau pendahulunya," ungkap Lim.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement