Rabu 07 Nov 2018 09:14 WIB

Pajak Sosis Selamatkan Kesehatan Warga Inggris

Pajak tinggi bagi makanan prosesan diharapkan bantu menjaga kesehatan warga.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Beragam jenis sosis.
Foto: Flickr
Beragam jenis sosis.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sosis, bacon dan makanan pokok dari menu sarapan di Inggris diharapkan dapat menolong banyak warganya. Memungut pajak tinggi pada daging merah dan diproses cukup untuk mengimbangi biaya layanan kesehatan.

Peneliti Universitas Oxford menyatakan, pajak tersebut dialokasikan untuk pencegahan ratusan ribu kanker, serangan jantung dan stroke. Dibutuhkan kenaikan hingga 80 persen pajaknya untuk mencegah hampir 6.000 kematian per tahun. Hal ini menyebabkan untuk daging dikenakan pajak dengan cara yang mirip dengan rokok, alkohol, dan produk mewah berbahaya lainnya.

Baca Juga

"Konsumsi daging merah dan olahan melebihi tingkat yang direkomendasikan di sebagian besar negara berpenghasilan tinggi dan menengah," kata pemimpin peneliti dari Departemen Kependudukan Nuffield Kesehatan di Universitas Oxford Dr Marco Springmann, dikutip dari The Independent, Rabu (7/11).

Pajak optimal di Inggris melihat biaya produk daging merah 14 persen lebih banyak. Sementara makanan olahan akan naik sebesar 79 persen. Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One menyarankan, negara-negara maju lainnya harus mengenakan pajak bahkan lebih berat untuk mengimbangi biaya kesehatan mereka.

Penelitian ini terbit setelah Badan Internasional Organisasi untuk Penelitian Kanker Dunia menyimpulkan daging yang diawetkan, diasapi dan diproses lainnya menyebabkan kanker. Hal yang sama mungkin juga berkaitan dengan daging merah yang juga dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular.

“Ini memiliki dampak signifikan tidak hanya pada kesehatan pribadi, namun, juga pada sistem perawatan kesehatan, yang didanai pembayar pajak di banyak negara, dan pada ekonomi, yang kehilangan tenaga kerjanya karena kesehatan yang buruk dan perawatan untuk anggota keluarga yang jatuh sakit," kata Dr Springmann.

Penerapan pajak tinggi ini dapat dikatakan sebagai pajak dosa. Memberikan pajak tinggi untuk benda-benda dan produk konsumsi yang sebenarya memberikan efek buruk dan digunakan sebagai biaya kesehatan.

"Namun, temuan kami memperjelas bahwa konsumsi daging merah dan daging olahan memiliki biaya, tidak hanya bagi kesehatan manusia dan planet bumi, tetapi juga sistem kesehatan dan ekonomi," ujar Dr Springmann.

Denmark telah mengusulkan pajak atas daging merah untuk memerangi masalah etika kontribusi ternak terhadap emisi gas rumah kaca dan beberapa kelompok industri internasional melihatnya sebagai tidak terhindarkan. Di negara-negara seperti Inggris, pajak daging dapat mengurangi konsumsi daging olahan seperti bacon dan sosis sekitar dua porsi per minggu.

Pajak yang lebih tinggi untuk daging olahan diperkirakan akan menurunkan konsumsi lebih cepat daripada daging sapi, domba dan babi yang belum diolah. Akibatnya, konsumsi daging yang belum diolah diperkirakan tetap tidak berubah pada tahun 2020.

Manfaat global dari pajak daging termasuk pengurangan 16 persen dalam konsumsi daging olahan. Diharapkan akan membuat pencegahan untuk 222 ribu kematian akibat kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes tipe 2 dan sekitar 3.800 kematian.

Pajak bisa mendapatkan keuntungan lebih besar di negara-negara karnivora. Di Amerika Serikat, pajak yang diusulkan akan meningkatkan biaya daging merah hingga 34 persen dan daging proses dengan 163 persen. Sementara di Swedia harus naik 27 persen dan 185 persen.

Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah saat ini mengonsumsi lebih sedikit daging daripada negara-negara maju. Namun, konsumsi mereka berkembang pesat dengan konsekuensi serius bagi kesehatan dan lingkungan, seperti Cina, studi merekomendasikan tingkat pajak optimal 7 persen untuk daging merah dan 43 persen untuk bentuk olahan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement