REPUBLIKA.CO.ID, RIVERSIDE -- Anda mungkin pernah mendengar bahwa khawatir berlebihan adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari. Anggapan itu memang tidak salah. Namun, merasa khawatir dalam batas tertentu tetap diperlukan dan baik untuk kesehatan emosional.
Studi yang membahas topik psikologi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Social and Personality Psychology Compass. Penggagasnya adalah peneliti Kate Sweeny dan Michael Dooley dari Universitas California di Riverside.
Menurut mereka, orang yang khawatir bersikap lebih baik dalam menanggapi situasi negatif atau pengalaman buruk. Kekhawatiran bisa menjadi motivasi untuk menghindari situasi tersebut dan menemukan solusi bagi masalah yang dihadapi.
Merasa khawatir memiliki fungsi regulasi emosi. Artinya, perasaan cemas itu lebih membuat seseorang siap secara emosional. Lantas, membantu orang tersebut menyadarkan diri dan merasa lebih baik ketika kondisi negatif benar-benar terjadi.
Meski begitu, Sweeny dan Dooley tetap menganjurkan moderasi dalam sikap khawatir. Hampir tidak pernah merasa khawatir atau terlalu sering mengkhawatirkan segala sesuatu akan menyebabkan masalah baru, baik secara fisik maupun psikis.
Beberapa dampaknya termasuk gangguan jantung atau gangguan mental ringan. Seseorang yang memiliki kekhawatiran yang terlalu sedikit maupun terlalu banyak juga berpotensi kehilangan motivasi melakukan sesuatu.
"Bagaimanapun, khawatir dalam jumlah yang tepat lebih baik daripada tidak mengkhawatirkan apapun sama sekali," ujar Sweey dan Dooley, dikutip dari laman Allure.