Senin 04 Feb 2019 12:24 WIB

Studi: Kondisi Tulang Pelari Lebih Baik dari Pesepeda

Bukti menunjukkan mereka yang aktif memiliki tulang yang lebih kuat.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Wanita berolahraga
Wanita berolahraga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap jenis olahraga dapat memberikan dampak kesehatan berikut risikonya. Sejumlah atlet mungkin sudah terbiasa dengan intensitas latihan tinggi.

Sebuah studi baru tentang kepadatan tulang pada pengendara sepeda dan pelari menemukan bahwa pengendara sepeda, baik pria maupun wanita, memiliki tulang yang lebih tipis daripada pelari, meskipun semua atlet masih muda, sehat dan bugar.

Baca Juga

Secara umum, bukti ilmiah menunjukkan anak-anak yang berlari, melompat, dan bermain, memiliki tulang yang lebih tebal dan lebih kuat daripada mereka yang banyak diam. Begitu juga remaja dan dewasa muda yang berpartisipasi dalam olahraga lari cepat dan melompat. Sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa kegiatan semacam itu dapat membangun kekuatan dan meminimalisir kerusakan tulang.

Olahraga itu dapat meningkatkan jumlah sel tulang dan membantu mempersiapkan bagian-bagian kerangka untuk menahan kekuatan serupa di masa depan. Bahkan orang paruh baya dan tua, yang pernah dianggap menghadapi penipisan tulang mereka yang tak terhindarkan seiring bertambahnya usia, dapat mempertahankan kerangka yang kuat jika mereka cukup aktif.

Dengan harapan mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang olahraga dan tulang, para peneliti di Sekolah Ilmu Olahraga Norwegia dan Pusat Pelatihan Olimpiade Norwegia, di Oslo, memutuskan untuk melihat secara dekat kerangka dari pengendara sepeda dan pelari berkelas dunia yang kompetitif.

Sebagian besar yang diteliti adalah atlet penuh waktu karena latihan berat atlet dianggap dapat memperkuat dampak dan perbedaan antara kedua jenis atlet. Mereka yang diteliti, sebanyak 21 pelari tingkat tinggi dan 19 pengendara sepeda, pria dan wanita berusia 20-an.

Peneliti mengukur komposisi tubuh mereka, dengan fokus khusus pada kepadatan tulang, baik bagian atas, tulang punggung bawah dan puncak tulang paha yang dapat menunjukkan kesehatan tulang secara umum.

Para peneliti juga meneliti tentang intensitas pelatihan, kesehatan dan asupan kalsium atlet. Pertanyaan terakhir itu menarik bagi para peneliti, karena latihan beban sering direkomendasikan untuk atlet sepeda.

Para ilmuwan kemudian membandingkan data antara pengendara sepeda berlatih lebih dari pelari, misalnya, rata-rata sekitar 900 jam setahun, dibandingkan sekitar 500 jam tahunan di jalan atau treadmill untuk pelari.

Para pengendara sepeda juga melakukan lebih banyak latihan beban, dengan sebagian besar dari mereka menuju ke gym untuk latihan angkat berat. Sementara itu, tidak ada pelari yang melakukannya.

Para atlet mengonsumsi kalsium yang cukup untuk memenuhi kebutuhan harian yang diharapkan. Tetapi mereka memiliki tulang yang sangat berbeda.

Para pengendara sepeda memiliki tulang yang lebih tipis daripada pelari, dan lebih dari setengahnya memenuhi kriteria medis untuk kepadatan mineral tulang yang rendah di beberapa bagian kerangka mereka. Salah satu pesepeda pria bahkan menunjukkan osteoporosis klinis di tulang belakangnya.

Oddbjorn Klomsten Andersen, seorang mahasiswa pascasarjana di Sekolah Ilmu Olahraga Norwegia dan mantan pengendara sepeda tim nasional yang memimpin penelitian menyatakan hasil ini berpotensi mengkhawatirkan. Ada studi terbatas mengikuti pengendara sepeda muda melalui karier mereka.

"Tetapi penelitian pada pengendara sepeda utama menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka memiliki kepadatan mineral tulang atau osteoporosis yang rendah dibandingkan orang yang tidak bersepeda," kata dia dalamenelitian yang diterbitkan dalam BMJ Open Sport & Exercise Medicine.

Penelitian ini tidak dapat memberi tahu peneliti mengapa tulang pengendara sepeda lebih tipis. Ini bisa saja dikarenakan mereka makan terlalu sedikit atau terlalu banyak berkeringat demi kesehatan tulang yang ideal. Dalam penelitian lain, asupan rendah kalori dan tingkat tinggi kehilangan kalsium melalui keringat juga telah dikaitkan dengan tulang keropos.

Pelari memiliki tulang yang relatif sehat, karena beberapa penelitian sebelumnya mengisyaratkan bahwa berlari mungkin tidak merangsang pembentukan tulang. Tapi peneliti merekomendasikan agar menggabungkan bersepeda dengan latihan menahan beban untuk meningkatkan kesehatan tulang yang baik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement