Sabtu 27 Apr 2019 11:42 WIB

'Komunitas Sahitya' Hilangkan Citra Buruk Gangguan Jiwa

Dukungan keluaga dan masyarakat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Direktur RSUD Pasar Minggu dr Yudi Amiarno Sp.U membubuhkan tanda tangan saat membentuk  komunitas peduli kesehatan mental bernama Komunitas Sahitya. Keberadaan komunitas ini guna mengurangi berbagai pandangan yang salah tersebut.
Foto: Foto: Istimewa
Direktur RSUD Pasar Minggu dr Yudi Amiarno Sp.U membubuhkan tanda tangan saat membentuk komunitas peduli kesehatan mental bernama Komunitas Sahitya. Keberadaan komunitas ini guna mengurangi berbagai pandangan yang salah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya pemahaman yang salah, hal-hal yang tabu, serta adanya pandangan buruk (stigma) di masyarakat Indonesia terhadap pasien penderita gangguan kejiwaan, membuat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu Jakarta, terpanggil kepeduliannya dengan membentuk  komunitas peduli kesehatan mental bernama Komunitas Sahitya. Keberadaan komunitas ini guna mengurangi berbagai pandangan yang salah tersebut.

“Masalah kesehatan mental masih menjadi hal tabu, sehingga banyak orang yang mengalami persoalan kesehatan jiwa menjadi ragu untuk mencari pertolongan. Disini pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat menjadi utama untuk mencapai kesembuhan,” kata Direktur RSUD Pasar Minggu dr Yudi Amiarno Sp.U dalam keterangannya yang diterima Republikaa.co.id, di Jakarta, Sabtu (27/4).

Dr Yudi mengemukakan hal itu saat meresmikan pembentukan Komunitas Sahitya, komunitas peduli kesehatan mental. Dia bersama sejumlah dokter lainnya, seperti dr. Yaniar Mulyantini SpKJ, dr. Poppy Sitepu Sp.KJ serta pimpinan Komunitas Sahitya, Indah Puspita, menjadi pembina Komunitas Sahitya.

Visi Komunitas Sahitya adalah membangun masyarakat yang peduli mengenai pentingnya kesehatan mental di masyarakat. Komunitas Sahitya juga merupakan binaan dari RSUD Pasar Minggu Jakarta.

photo
Komunitas Sahitya (Foto: Istimewa)

Yudi mengatakan, manusia modern sekarang ini memang lebih maju dibandingkan dengan masyarakat tradisional, namun kehidupan yang ada di tengah masyarakat juga semakin kompleks dan rumit. Beragam persoalan dan tekanan hidup telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan sehingga sebagai konsekuensianya ada sebagian masyarakat yang menjadi rentan terhadap persoalan dan tekanan hidup tersebut.

Sementara itu, dr Yaniar Mulyantini mengatakan, manusia modern seharusnya bisa berpikir  lebih bijaksana dan arif dalam mengatasi persoalan hidup yang ada. Sayang dalam kenyataannya banyak manusia modern yang memiliki masalah, termasuk ketidakseimbangan diri. Mereka sangat mudah terserang gangguan-gangguan kejiwaan dan juga menunjukkan ciri-ciri depresi ringan sampai tingkat stres yang tinggi, dan jika tidak ditangani segera justru akan menjadi fatal dan membebani masyarakat itu sendiri.

“Kemajuan teknologi komunikasi, dan keberadaan media sosial telah mengubah gaya hidup dan pola tingkah laku masyarakat sekarang. Kompoleksitas masalah dan adanya kenyataan yang tidak sesuai harapannya membuat masalah gangguan jiwa menjadi semakin meningkat belakangan ini. Bahkan generasi milenail tergolong paling rentan,” kata Yaniar Mulyantini yang juga pelopor terbentuknya Sahitya.

Menurut dr Yaniar Mulyantini, dukungan keluaga dan masyarakat amat sangat diperlukan untuk mempercepat penanganan dan proses penyembuhannya. Kata kunci disini adalah dengan membangun kebersamaan, baik di keluarga maupun komunitas yang saling peduli dengan lainnya. 

“Dengan kebersamaan, para pasien maupun orang yang sedang mengalami permasalahan kesehatan jiwa, selalu mendapat dukungan sehingga tidak lagi merasa sendiri. Dengan kebersamaan dan solidaritas, semua dapat melalui fase-fase sulit dalam kehidupan, dan terbantu dengan mendengar pengalaman-pengalaman orang lain,” katanya.

Adapun penyelenggaraan kegiatan Komunitas Sahitya melibatkan beberapa komunitas kesehatan jiwa lainnya seperti IntoThe Light dan ArtGiving. Kegiatan Sahitya juga didukung oleh beberapa Intansi dalam penyelenggaraannya diantaranya RSUD Pasar Minggu, Antam, Bulog dan Bukit Asam.

Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan Sahitya, diantaranya; Berbagi Cerita: Saling Dukung dan Peduli Kesehatan Jiwa, acara Talk show Kesehatan: Hope not Shame, dan Peer Support: Why and How.

Berbagi Cerita: Saling Dukung dan Peduli Kesehatan Jiwa, merupakan bertujuan sebagai inisiasi dari serangkaian kegiatan Festival Kesehatan Jiwa. Kegiatan ini mengundang 60 peserta yang terdiri dari pasien dan keluarga, professional kesehatan jiwa, dan masyarakat awam yang peduli kesehatan jiwa.

Talk show Kesehatan: Hope not Shame, adalah talkshow kesehatan terbuka untuk masyarakat umum sekaligus kegiatan untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa 10 Oktober 2019. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan wawasan baru tentang kesehatan mental bagi publik.

Peer Support: Why and How, yaitu  kegiatan rutin setiap tiga bulan dengan tujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi anggotanya tentang pentingnya bersikap suportif terhadap sesama dan bagaimana mempraktekannya dalam keseharian.

Sekilas Komunitas Sahitya

Nama Sahitya diambil dari Bahasa Sansekerta, yang berarti solidaritas dalam kebersamaan. Dengan moto “we are here”, mempertergas makna dan tujuan dari dibentuknya komunitas Sahitya, yaitu dengan kebersamaan.

Pada awalnya Sahitya adalah sebuah forum komunikasi dan diskusi sesama pasien beserta keluarga yang berobat di Poliklinik Psikiatri RSUD Pasar Minggu. Dari forum berbagi ini, muncul ide untuk membuat komunitas yang peduli tentang kesehatan jiwa dan bekerja sama dengan dr Yaniar Mulyantini SpKJ, sehingga terbentuklah Komunitas Sahitya.

Dalam perkembangannya Sahitya mengundang para pasien,keluarga pasien, dan para relawan peduli kesehatan jiwa serta masyarakat, untuk dapat bergabung bersama Sahitya dan berbagi bersama–sama mengedukasi dan menyebarkan kesadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement