REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua orang mau terbuka mengungkapkan masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Salah satu yang menyebabkan keengganan orang untuk berdiskusi mengenai kesehatan mental adalah stigma masyarakat yang masih memandang negatif permasalahan psikologi.
Melihat fenomena ini, Mikael Reno Prasasto bersama tujuh kawannya dari Program Studi Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mulai membangun Pijar Psikologi pada 2015. Reno menjelaskan didirikannya situs penyedia artikel kesehatan psikologi dan layanan konseling gratis secara daring itu.
Menurutnya ide tersebut dilandasi keinginan untuk menyebarkan pengetahuan mengenai kesehatan jiwa. Ia berupaya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat umum.
"Dengan adanya pengetahuan, maka orang akan dengan mudah menyadari. Dengan timbulnya kesadaran, maka stigma negatif mengenai permasalahan psikologis dapat dikurangi. Memahami manusia, understanding human, itu intinya," kata pria 24 tahun itu.
Salah satu laman yang banyak diakses di situs Pijar Psikologi adalah layanan konseling daring gratis. Layanan ini menurut Reno bisa menjadi awal yang baik bagi pengguna untuk berbagi cerita dan memahami kondisi psikologis mereka.
"Sekarang orang-orang semakin sadar terhadap isu kesehatan mental. Lambat laun kami berpikir sebenarnya mereka tidak takut ke psikolog, melainkan takut bila ketemu orang lain pas mereka jalan ke psikolog," katanya.
"Selain itu, kami juga berpikir sebenarnya mereka mungkin tidak butuh jawaban. Mereka butuh telinga untuk mendengarkan dan mulut yang tidak menghakimi," jelas Reno.
Dia mengungkapkan besarnya antusiasme pengguna layanan konseling daring di Pijar Psikologi. Tak jarang antusiasme masyarakat membuat dia dan teman-temannya agak kewalahan melayani.
Pada usianya yang baru empat tahun, tercatat sudah 17 ribu orang lebih yang menggunakan layanan itu untuk berkonsultasi mengenai kesehatan mental. "Kami juga tidak menyangka peminat dari konseling gratis bisa setinggi ini. Karena kewalahan, kami membatasi kuota hingga 30 konsultasi per pekan setiap hari Rabu," kata Reno.
Soal kerahasiaan data, Reno meminta para pengguna layanan konseling daring Pijar Psikologi tidak khawatir. Di Pijar, kerahasiaan data pasien hanya diketahui oleh pemegang konsultasi (konselor) dan yang berkonsultasi (konseli). "Pengguna tidak perlu khawatir akan kerahasiaan datanya," terangnya.
Namun, ada pilihan bagi pengguna untuk memperbolehkan kisahnya dibagikan kepada publik. Harapannya cerita mereka bisa menjadi pencerahan bagi orang-orang yang punya masalah serupa.
"Karena Pijar tidak hanya memberikan layanan e-counseling, ada juga rubrik cerita inspiratif dari pengguna kami sebelumnya yang boleh ditulis dan dibagikan. Nama asli mereka tentu kami anonimkan," imbuh Reno.
Ada puluhan psikolog dan mahasiswa Magister Psikologi Profesi Universitas Gadjah Mada yang mendukung penyelenggaraan pelayanan Pijar Psikologi. Semuanya bekerja di bawah supervisi psikolog senior.
Setiap konselor biasanya memegang dua hingga tiga konsultasi per pekan. Dalam layanan Pijar Psikologi, pengguna layanan konsultasi menyampaikan kondisi atau masalah lewat surel. Konselor akan merespons surel mereka tujuh hari dari tanggal konseli menyampaikan kisah.
"Saya berharap bisa membagikan hal yang saya ketahui dan senang jika bisa bermanfaat untuk orang lain," kata konselor Anna Rusdiyana saat mengenai alasannya bergabung dengan Pijar Psikologi.
Anna mulai bergabung dengan Pijar pada Januari tahun lalu. Motivasi awalnya sederhana, ingin berbagi pengalaman dan cerita dengan orang lain. Dengan bekal pendidikan di bidang psikologi, ia ingin menjangkau lebih banyak orang dan mengetahui lebih banyak jenis permasalahan psikologis.