REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknik pernapasan yang disebut Buteyko Breathing viral setelah Penyanyi Andien memperlihatkan mulut yang diplester di media sosialnya. Dikutip dari BBC, dia dan keluarga telah berlatih teknik pernapasan yang disebut Buteyko Breathing tersebut sejak tiga bulan terakhir. Teknik ini mengajarkan cara bernapas normal yakni melalui hidung bukan melalui mulut agar tubuh mendapatkan oksigenasi jaringan dan organ yang lebih baik.
Menurut Andien teknik bernapas tersebut, telah membantunya tidur lebih nyenyak, membuat tenggorokannya tidak kering sehabis tidur dan membuatnya tidak tersengal-sengal. Namun, apakah teknik pernapasan ini bisa berhasil dan yang lebih penting, apakah itu aman?Berikut ulasan lebih detailnya, seperti dilansir dari BBC, Jumat (12/7)
Meski begitu, ahli Otolaryngologist dan Presiden British Medical Organisation ENT Inggris, Profesor Nirmal Kumar menyebut tidak ada bukti medis bahwa teknik selotip mulut atau Buteyko Breathing bisa menghilangkan sleep apnea. Sleep apnea adalah gangguan tidur dimana pernapasan berhenti selama tidur. Akibatnya organ tubuh tidak mendapat oksigen cukup sehingga mengganggu kualitas tidur.
Meski begitu ia menambahkan, teknik pernapasan apapun, Buteyko atau bukan, memang kadang dirasa membantu pasien Asma atau sakit pernapasan. Hal itu karena teknik pernapasan adalah bagian dari petunjuk umum dari pasien asma dan sakit pernapasan. Ahli bedah ENT dan spesialis tidur di Detroit Kathleen Yaremchuk menambahkan Sleep Apnea tak bisa begitu saja disembuhkan dengan menyelotip mulut.
Sementara Patrick McKeown, pendiri International Buteyko Clinic, mengatakan kepada BBC bahwa bernapas melalui mulut adalah faktor yang berkontribusi besar terhadap obstructive sleep apnea (OSA). Karena dapat mendorong lidah kembali dan menghalangi jalan napas. Dengan menutup mulut, ia mengklaim, dapat mencegah hal ini terjadi.
Terlepas dari itu, ketiganya memperingatkan bahaya Buteyko diaplikasikan kepada anak-anak. Patrick McKeown memperingatkan anak-anak agar tidak mempraktekkan metode ini.
"Untuk anak-anak kecil, yang paling awal yang kita selotip mungkin berusia lima tahun, tetapi kita tidak menempatkan selotip itu langsung di atas bibir,"ujarnya.
Prof Kumar menambahkan bahwa anak-anak juga dapat mengalami kesulitan bernapas yang lebih besar melalui hidung mereka, dan juga sering sakit. "Menempelkan selotip ke mulut adalah 'hal terakhir' yang kami sarankan kepada siapa pun, karena sangat berisiko. Sementara dalam keadaan darurat kebanyakan orang dewasa cenderung untuk bangun dan merobek selotip itu, anak-anak tidak bisa," ucapnya.
Ia menyebut ada masalah pada saluran hidung anak-anak yang dapat menyebabkan penyumbatan, seperti kelenjar gondok atau hidung tersumbat. "Dalam kasus ini, mereka harus bernafas melalui mulut mereka, atau mereka akan mati,”tuturnya.
Yaremchuk juga mengatakan metode ini pun bisa berbahaya. Ada beberapa kondisi tertentu orang benar–benar tidak bisa mempraktekkan cara ini terutrama saat orang sedang sakit karena bisa menyebabkan seseorang tersedak.
Teknik Buteyko pertama kali dikembangkan pada 1950-an oleh dokter Soviet dengan nama yang sama, Konstantin Pavlovich Buteyko. Dia percaya bahwa kondisi pernapasan, khususnya asma, dapat dikaitkan dengan cara orang bernapas. Dia percaya bahwa jika pasien diajarkan untuk bernapas dengan benar, melalui hidung mereka, masalah paru-paru mereka akan hilang.
Hampir tujuh dekade kemudian dan terapi alternatif tetap populer, dengan para praktisi Buteyko di seluruh dunia sekarang manfaat latihan pernapasan ini bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Buteyko telah diklaim untuk menyembuhkan sejumlah penyakit, dari diabetes kelelahan kronis, ADHD sampai depresi.