Selasa 03 Dec 2019 10:12 WIB

TAVI, Opsi Mengganti Katup Jantung tanpa Operasi

Melalui TAVI, penggantian katup jantung hanya membutuhkan sayatan kecil.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Indira Rezkisari
Transcatheter aortic valve implantation (TAVI) menjadi salah satu metode baru di bidang operasi jantung.
Foto: PxHere
Transcatheter aortic valve implantation (TAVI) menjadi salah satu metode baru di bidang operasi jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Katup aorta merupakan katup terakhir yang dilewati darah ketika dipompa dari jantung ke seluruh tubuh. Seiring bertambahnya usia, katup aorta bisa mengalami penyempitan.

Penyempitan katup aorta yang semakin parah dapat memunculkan beragam gejala seperti sesak napas, rasa tidak nyaman hingga kehilangan kesadaran. Sekitar 50 persen pasien yang sudah mengalami gejala-gejala ini berisiko meninggal dalam kurun dua tahun bila kondisinya tidak ditangani dengan baik.

Masalah pada katup aorta ini bisa ditangani dengan mengganti katup secara konvensional melalui operasi jantung terbuka. Sayangnya, sekitar 30 persen pasien yang membutuhkan penanganan ini tidak cukup layak untuk menjalani operasi. Sebagai contoh, pasien yang sudah lanjut usia pasien dengan kondisi jantung lemah, atau penyakit ginjal stadium akhir.

"Pada umur 80 tahun misalnya, bedah tidak dilakukan karena risikonya tinggi. Jadi kalau ada risiko yang lebih rendah, itu dapat menjadi opsi yang lebih ideal," ujar konsultan kardiologi dari Cardiac Vascular Central Kuala Lumpur Dr Rosli Mohd Ali dalam diskusi kesehatan, di Jakarta.

Pada pasien yang berisiko tinggi untuk menjalani operasi jantung terbuka, transcatheter aortic valve implantation (TAVI) dapat menjadi alternatif pilihan. TAVI merupakan sebuah metode penggantian katup jantung yang dilakukan secara minimal invasif.

Melalui TAVI, penggantian katup jantung hanya membutuhkan sayatan kecil di pangkal paha atau terkadang di sekitar dada. Dari sayatan kecil ini, selang kateter akan dimasukkan untuk menanamkan katup baru pada jantung yang berdetak.

"Mirip seperti pasang ring, karena melalui pembuluh darah yang sama," pungkas Rosli.

Karena dilakukan secara minimal invasif atau tanpa pembedahan, risiko yang dimiliki pasien juga cenderung lebih ringan. Selain itu, bekas luka maupun rasa sakit yang ditimbulkan jauh lebih kecil bila menggunakan TAVI. Masa pemulihan yang dibutuhkan oleh pasien yang menjalani TAVI juga jauh lebih singkat.

"Setelah tiga hari sudah bisa balik (ke rumah) dan beraktivitas normal. Kalau prosedur pembedahan terbuka perlu dirawat di rumah sakit sekitar 6-7 hari, untuk lukanya bisa sembuh sekitar tiga bulan," lanjut Rosli.

Rosli mengatakan TAVI merupakan teknologi di bidang kedokteranyang relatif baru. Di Malaysia, TAVI sudah dikerjakan oleh para dokter sejak 2009. Di Indonesia pun, lanjut Rosli, saat ini sudah ada rumah sakit yang menyediakan layanan TAVI sejak sekitar satu atau dua tahun lalu.

Di sisi lain, Rosli mengatakan setiap tindakan intervensi pasti tetap ada risiko yang perlu diwaspadai. Dalam hal TAVI, Rosli mengatakan salah satu risiko yang perlu diwaspadai dan diantisipasi adalah perdarahan.

"Saat ini, harga (TAVI) sekitar 2-3 kali lipat dari operasi terbuka. Kami berharap ke depan biayanya bisa lebih rendah dan dapat menjadi terapi utama," tukas Rosli.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement