Selasa 17 Dec 2019 17:36 WIB

Memaafkan Kesalahan Orang Lain Berdampak Bagi Kesehatan

Ada dampak buruk bagi kesehatan bila seseorang memendam dendam.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nora Azizah
Para ahli mengatakan, dengan memaafkan kesalahan orang, nyatanya bermanfaat bagi kesehatan.
Foto: Pixabay
Para ahli mengatakan, dengan memaafkan kesalahan orang, nyatanya bermanfaat bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkadang, setiap orang pernah mengalami kekecewaan atau merasa diperlakukan kurang baik. Namun demikian, para ahli mengatakan, dengan memaafkan kesalahan orang, nyatanya bermanfaat bagi kesehatan.

“Ketika Anda memegang dendam, Anda menjebak diri Anda dalam siklus perenungan, emosi negatif, dan stres,” kata seorang peneliti dan profesor psikologi di Luther College di Decorah, Iowa, Loren Toussaint, Ph.D, seperti dilansir Prevention, Selasa (17/12).

Baca Juga

Terpisah, kata seorang peneliti dan profesor di departemen psikologi di Virginia Commonwealth University, Everett L Worthington hal yang secara umum, juga beranggapan hal yang sama dengan Toussaint. Lebih lanjut menurut dia, seiring waktu, kadar kortisol (hormon stres) yang meningkat secara kronis dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan mental dan fisik ketika diri belum bisa memaafkan.

Dia menambahkan, dengan mengampuni, tidak harus berdamai sepenuhnya ataupun melanjutkan hubungan seperti sebelumnya. Tetapi ada banyak pilihan dalam proses tersebut.

"Memaafkan dialami di dalam kulit seseorang. Ini adalah pembersihan rasa kebencian, dan kebencian Anda untuk menyembuhkan dan melanjutkan hidup Anda,” katanya. Lebih lanjut dia memaparkan, ada beberapa langkah yang tepat untuk melakukan hal tersebut.

Yang pertama, jadilah orang yang lebih lapang dada dan putuskan untuk memaafkan. Menyalahkan orang memang sangat menggoda untuk dilakukan, terlebih ketika keadaan sedang memungkinkan.

Akan tetapi, hal tersebut berdasarkan penelitian, malah akan menjadi boomerang. Memang, menyalahkan lebih mudah dari pada memaafkan. Namun, dengan mengakui perasaan dan mulai mengikhlaskannya, itu akan terasa lebih baik.

Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi apa yang diinginkan. Di mana dengan mengingat tujuan atau menargetkannya dalam hubungan, akan membantu pribadi untuk kembali meredakan perasaan tersebut.

Langkah ketiga yang bisa dilakukan adalah dengan melihatnya dari kedua perspektif dengan objektif. Sebab, dengan memisahkan diri dari situasi, dapat membuat Anda lebih mudah mengendalikan emosi. Bahkan dapat memberikan perspektif baru terhadap situasi yang membantu mencapai kesepakatan dengan masalah itu sendiri.

Selain itu, para ahli juga sering menyarankan untuk melihat situasi seobjektif mungkin, dengan menuliskannya dari sudut pandang pihak ketiga.

Langkah keempat adalah dengan menemukan empati atau simpati. Menurut Worthington, dengan memahami dari mana masalah dan orang terkait, dapat menggantikan emosi negative.

Akan tetapi, jika memang tidak ada sama sekali cara agar bisa berempati dengan pelaku, cobalah untuk bersimpati sebagai gantinya dengan mengingat hal, di mana anda telah dimaafkan atas sesuatu.

Hal terakhir yang perlu dilakukan adalah, katakan, atau jangan katakana jika tak perlu. Jika, keputusan untuk memaafkan telah dibuat, terkadang ada keinginan untuk mengatakannya. Tapi masalahnya, jika mengatakan hal tersebut secara langsung, otomatis mereka akan berfikir bahwa mereka telah menganiyaya anda, dan itu mungkin akan menyinggung mereka.

Dengan alasan ini, mengatakan hal berupa pemaafan, hanya bisa dilakukan jika seseorang telah meminta maaf secara langsung. Lebih jauh, proses memafkan adalah proses pribadi dan internal.

Dengan demikian, tidak perlu memberitahun kepada pihak terkait bahwa anda telah memaafkan mereka. Sebab, jika memang telah membebaskan diri dari amarah, rasa sakit, dan luka yang dulunya membebani Anda, Anda sudah memaafkan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement