REPUBLIKA.CO.ID, PAYAKUMBUH -- Bentuknya hitam, kenyal dan manis rasanya. Itulah galamai, makanan khas Kota Payakumbuh, Sumatera Barat yang terkenal sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke daerah setempat.
Galamai terbuat dari tepung beras ketan, santan, dan gula aren, namun masyarakat juga biasa menggunakan gula pasir. Jika di daerah lain, panganan ini mirip dengan dodol dan memasaknya cukup menguras waktu.
Makanan ini biasanya dibuat untuk keperluan pesta pernikahan dan pesta adat lainnya serta menjelang hari raya. Namun di pusat pusat oleh-oleh, makanan tersebut banyak disediakan dan sudah dikemas rapi, umumnya dihargai Rp 100.000 per kilogram.
Galamai biasanya dibuat dengan cara bergotong royong karena memerlukan banyak tenaga untuk mengaduk adonan dalam jumlah besar dan waktu lama. Hasil dari masakan ini berbentuk makan yang berwarna hitam mengkilat terasa manis. Cara memasak galamai yakni masak gula aren yang dicampurkan dengan santan hingga kental.
Sementara itu tepung beras aduk tepung dengan santan pekat yang merupakan perasan pertama lalu dicampurkan ke dalam gula aren yang sudah kental.
Setelah itu masak hingga kenyal dengan terus diaduk dan tidak boleh berhenti. Memasak galamai biasanya memakan waktu hingga empat jam.
Seorang masyarakat Payakumbuh, Sarmiati yang kerap membuat makanan tersebut terutama jika ada acara adat atau pesta pernikahan mengatakan galamai juga bisa diberi varian rasa seperti kacang tanah yang sudah digoreng atau durian.
"Membuat galamai memang membutuhkan waktu yang lama, namun masyarakat sering memanfaatkan waktu tersebut sambil bersenda gurau sehingga terus meningkatkan rasa kekerabatan," ujarnya.