Selasa 16 Apr 2019 08:58 WIB

Tips Memulai Bisnis Kopi dari Bos Kopi Tuku

Tantangan terbesar bisnis kopi adalah mempertahankan dan menumbuhkannya.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Kopi Tuku
Foto: Rol/Abdul Kodir
Kopi Tuku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis kopi tampaknya menggiurkan. Es kopi susu telah menjadi gaya hidup masyarakat urban.

Bos Kopi Tuku, Andanu Prasetyo, memberikan tips bagi mereka yang ingin berbisnis kopi. Menurutnya, untuk membuka sebuah kedai kopi sangat mudah. Tinggal membeli alatnya dan mencari pegawainya, jadilah kedai kopi.

Baca Juga

"Tantangan besarnya adalah mempertahankannya dan menumbuhkannya," ujarnya.

Yang pertama dipersiapkan, tahap awal pasti perencanaan bisnisnya. Dari situ membahas alat yang disiapkan apa, produk yang harus disajikan, apa dan bagaimana cara memasarkannya. Kemudian buat hitungan bisnisnya sehat atau tidak.

"Tapi yang menarik sekarang, sebagai pemula, sebesar apa bisnis yang mau kita buat, seberapa besar risiko yang mau kita tempuh, seberapa kenal kita sama diri kita terhadap apa yang kita mau, dan ke mana bisnisnya mau kita bawa," tambahnya.

Ia menyarankan untuk menghilangkan persepsi benar atau salah. Menghilangkan persepsi yang penting terkenal.

"Sebenarnya balik ke tujuan ujungnya bisnis ini untuk apa, jangan sampai kita bertengkar dengan diri sendiri. Saya pernah bertengkar dengan diri kita sendiri, saya ingin menjual speciality coffee, dengan metode-metode sangat sulit dengan kopi cukup jarang di dunia didapatkan dan yang bisa saya dapatkan, apakah benar itu yang dibutuhkan, apakah itu baik untuk bisnis kita," jelasnya.

Ia juga mengungkapkan pernah ada keinginan memiliki mesin pembuat kopi yang canggih. Tapi sebaiknya harus bertanya lagi pada diri apakah sanggup bisnisnya untuk membayar itu semua, apakah itu tipe bisnis yang mau dijalankan, butuh tidak bisnisnya. "Dengan kita mengenal lebih itu semua, perencanaan bisnis kita bisa lebih komprehensif," tambahnya.

Ia juga menyarankan untuk tidak semudah itu mengikuti tren. Alasannya, tidak semua tren bisa bertahan lama.

"Apakah trennya akan bertahan, apakah tren itu bagus efeknya terhadap bisnis. Jangan hanya melihat di jumlah-jumlah kecil setahun dua tahun hanya melihat ramai atau tidaknya. Bisnis ada konteks risiko dan efisiensi. Jadi kenali diri kita ini sebenarnya mau ke mana dan kenali orang lebih dalam lagi siapa yang mau kita tuju."

Ia menyarankan untuk tidak mengunci diri terhadap kopi dengan idealisme terlebih dahulu. Kopi yang dibilang enak oleh kita belum tentu orang lain bilang enak.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement