Jumat 20 Jul 2018 04:00 WIB

Bukan Sayur dan Buah, Ini MPASI Terbaik Cegah Stunting

Ahli mengatakan stunting dapat dicegah dengan pemberian makanan berprotein

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Setelah 6 bulan bayi perlu diberi makanan tambahan pendamping ASI.
Foto: flickr
Setelah 6 bulan bayi perlu diberi makanan tambahan pendamping ASI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sehat dan bergizi dapat menunjang proses pertumbuhan anak. Tak heran, banyak ibu yang berlomba untuk mencari tahu ragam MPASI terbaik agar pertumbuhan anak menjadi lebih optimal.

Saat ini ada satu jenis MPASI yang cukup populer di kalangan para ibu pengguna sosal media yaitu puree buah atau sayur. Jenis buah dan sayur yang banyak dijadikan puree untuk MPASI adalah kentang, brokoli, alpukat, pir, pepaya, apel hingga beras merah dan kaldu.

Tak ada yang menyangkal bahwa buah dan sayur memiliki kandungan gizi yang kaya dan baik untuk tubuh. Namun penelitian menunjukkan bahwa sayur dan buah bukanlah jenis makanan terbaik untuk mencegah stunting atau tubuh pendek pada anak.

Stunting merupakan masalah pertumbuhan yang dapat memberi implikasi besar bagi kesehatan dan kualitas hidup anak di masa mendatang. Betapa tidak, stunting dapat meningkatkan risiko kematian hingga empat kali lipat lebih besr dan menurunkan IQ hingga 11 poin pada anak. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih cukup besar yaitu 37,2 persen.

"Stunting dapat dicegah dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi balita," terang Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM Dr dr Damayanti R Sjarif SpA(K), di Jakarta.

Jenis protein yang disarankan untuk anak adalah protein yang berasal dari hewan atau protein hewani. Protein hewani dinilai lebih baik karena memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati.

Beberapa contoh protein hewani yang bisa diberikan kepada anak sebagai MPASI adalah daging, ikan dan telur. Sumber protein hewani ini bisa dicampurkan dengan nasi dan diblender terlebih dahulu hingga halus sebelum diberikan kepada anak sebagai MPASI.

"Diblender dulu yang halus, semakin lama (semakin bertambah usia anak), semakin kasar (tekstur MPASI-nya), dan usia 9 bulan sudah mendapat seperti makanan kita tetapi lebih lembek," lanjut Damayanti.

Early protein hypothesis memang mensinyalir bahwa konsumsi protein berlebih pada 1000 hari pertama kehidupan dapat meningkatkan angka obesitas pada anak di masa mendatang. Akan tetapi, pemberian protein yang tidak melewati batas terbukti aman bagi anak.

Oleh karena itu, orang tua perlu memberi protein hewani dalam kadar yang tidak berlebih demi menghindari risiko stunting pada anak. Jumlah asupan protein yang disarankan untuk balita adalah 1,1 gram protein per 1 kg berat badan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement