Selasa 23 Jul 2019 09:24 WIB

Studi: Anak Autis Cenderung Di-bully Saudara

Anak-anak penyandang autisme cenderung diintimidasi oleh saudara sendiri di rumah

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Kakak beradik bersaudara.
Foto: Pexels
Kakak beradik bersaudara.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Studi menyatakan anak-anak penyandang autisme cenderung diintimidasi oleh saudara sendiri di rumah dan teman sebaya di sekolah. Mereka juga lebih cenderung menjadi korban dan pelaku intimidasi saudara kandung dibandingkan dengan yang tidak menderita autisme.

"Anak-anak dengan autisme mengalami kesulitan dengan interaksi sosial dan komunikasi yang mungkin memiliki implikasi untuk hubungan mereka dengan saudara kandung," kata penulis utama penelitian Umar Toseeb dikutip dari Times Now News, Selasa (23/7).

Baca Juga

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Autism and Developmental Disorders

ini menggunakan data dari The Millennium Cohort Study untuk menyelidiki intimidasi saudara kandung. Tim melibatkan lebih dari delapan ribu anak-anak dan lebih dari 231 di antaranya memiliki autisme.

Peserta yang terlibat dalam penelitian itu ditanyai pertanyaan tentang seberapa sering mereka dipukul atau disakiti dengan sengaja oleh saudara dan teman sebaya. Peserta juga ditanya seberapa sering menjadi pelaku tindakan tersebut.

Studi ini mengungkapkan pada usia 11 tahun, dua pertiga anak autis dilaporkan terlibat dalam beberapa bentuk intimidasi saudara kandung dibandingkan dengan separuh anak tanpa autisme.

Di sisi lain, ada ada penurunan perisakan untuk anak-anak di kedua kelompok pada saat mereka mencapai usia 14 tahun. Anak-anak dengan autisme juga masih lebih mungkin terlibat dalam intimidasi saudara kandung dua arah sebagai korban dan pelaku.

"Dari perspektif evolusi, saudara kandung dapat dianggap sebagai pesaing untuk sumber daya orang tua seperti kasih sayang, perhatian, dan barang-barang materi. Anak-anak dengan autisme mungkin mendapatkan akses prioritas ke sumber daya orang tua yang terbatas ini yang mengarah pada konflik dan intimidasi di antara saudara kandung," ujar Toseeb.

Orang tua dari anak-anak yang terlibat dalam penelitian ini diberi pertanyaan tentang kesulitan emosi dan perilaku anak-anak. Fokusnya adalah pada hal-hal seperti apakah anak mereka tidak bahagia, sedih, dan gelisah.

Menurut penelitian, anak-anak yang terlibat dalam intimidasi saudara kandung, terlepas dari apakah memiliki autisme atau tidak, lebih mungkin mengalami kesulitan emosional dan perilaku baik dalam jangka panjang maupun pendek.

"Orang tua harus menyadari potensi konsekuensi jangka panjang dari saudara kandung intimidasi pada kesehatan mental dan kesejahteraan anak. Konflik yang terus-menerus antara saudara kandung dapat menjadi indikasi saudara kandung intimidasi. Ini tidak boleh dilihat sebagai bagian normal dari tumbuh dewasa," kata Toseeb.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement