REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa batita alias bawah tiga tahun dan prasekolah (usia tiga hingga lima tahun) menjadi fase penting bagi tumbuh kembang anak. Orang tua pun perlu meningkatkan kesadarannya agar si kecil optimal tumbuh kembangnya.
Di lain sisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi anak berusia balita tahun memang tidak sepenuhnya mudah. Apalagi, buah hati pada masa itu cenderung pilah-pilih makanan (50,5 persen) rentan infeksi (49,9 persen), dan kecanduan gawai (43 persen).
Pakar gizi Universitas Indonesia Prof Saptawati Bardosono SpGK mengungkapkan, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi batita dan prasekolah. Pertama, pilih bahan makanan segar dan baca label makanan dengan cermat.
"Bukan hanya memastikan makanan itu belum kadaluwarsa, namun juga cermati kandungan gula tersembunyi, minyak terhigronasi, dan bahan lain dengan tambahan gula," kata Saptawati di Gedung Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Univeristas Indonesia, Salemba Jakarta, beberapa waktu lalu.
Strategi kedua ialah dengan selalu menyediakan sayur dan buah. Menurut Saptawati, selama ini, hampir 90 persen anak Indonesia berusia di atas 10 tahun tidak mencukupi asupan sayur dan buahnya.
Hal itu diduga karena orang tua kurang responsif dan kurang mampu berkreasi di dapur. Alhasil, si kecil tumbuh menjadi anak yang tidak doyan makan sayur juga buah.
Strategi ketiga, ayah dan ibu harus mendampingi dan memotivasi anak untuk selalu menghabiskan porsi hidangan yang sesuai. Orang tua juga dituntut responsif kala anak selalu tidak menghabiskan makannya. Bisa jadi makanan itu tidak enak bagi si kecil sehingga ia enggan menghabiskan atau alasan lain.
"Solusinya buatlah makanan yang sehat, namun enak. Banyak orang tua yang buat makanan bayi yang sehat dari sayuran atau apa, tapi dari segi rasa tidak enak. Jadi ketika sudah memasak, rasakan sendiri apakah makanan itu sudah cukup enak atau belum," jelas Saptawati.
Strategi keempat, orang tua harus menjadi panutan bagi si kecil. Artinya, kala ayah dan ibu meminta anaknya mengonsumsi buah dan sayur, mereka juga mesti memberi contoh yang sama.
"Atau misalnya pas sarapan, kalau ibunya tidak mau sarapan karena diet maka jangan harap anak bisa mau sarapan. Padahal, tahu sendiri kalau anak tidak sarapan, itu bisa membuat dia lemas, tidak konsentrasi, dan lain-lain," kata dia.
Selain itu, peran fortifikasi dan probiotik dalam memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil juga penting. Pengayaan atau penambahan mikronutrien bisa melindungi anak dari infeksi.
"Malnutrisi dan infeksi saling berkaitan. Jika si kecil terinfeksi maka mereka akan kekurangan gizi. Sebaliknya, jika ia kekurangan gizi maka ia mudah terpajan bakteri atau virus," kata dia.