Kamis 20 Apr 2017 16:16 WIB

Talaud Mulai Bersolek untuk Destinasi Wisata Daerah Perbatasan

Sejumlah personel TNI AD dari Koramil 1301-16 Miangas melakukan patroli pantai di Pulau Miangas, Talaud, Rabu (30/9).   (Antara/Wahyu Putro)
Sejumlah personel TNI AD dari Koramil 1301-16 Miangas melakukan patroli pantai di Pulau Miangas, Talaud, Rabu (30/9). (Antara/Wahyu Putro)

REPUBLIKA.CO.ID, TALAUD -- Sejak ditetapkan sebagai destinasi wisata daerah perbatasan (cross border), Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, mulai membenahi pariwisatanya. Dari mulai calender of event, promosi, infrastruktur fisik hingga peninjang wisata, semua mulai ditata dengan berpatokan pada standar dunia.

"Talaud sudah ditetapkan sebagai destinasi wisata perbatasan oleh Kementerian Pariwisata dua minggu lalu. Karena itu kita akan benahi pariwisatanya. Kami juga akan menyiapkan calender of event untuk 2017 yang mungkin dimulai Mei," kata  Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Talaud Ronal Izak, Rabu (19/4).

Talaud memang istimewa dan dinilai sangat pas ditetapkan menjadi destinasi wisata perbatasan. Daerahnya berbatasan langsung dengan Filipina. Untuk crossborder tourism, sangat oke mengingat pesona alam bibir Pasifik yang indah tersaji di sana. Sebutannya saja Bumi Porodisa, bahasa yang diserap dari kata paradise. Kepingan surga. Konon sebutan ini selalu diungkapkan pelaut Portugis ketika melakukan pelayaran sepanjang Kepulauan Sangir – Talaud.

"Kemenpar sudah berkomitmen akan bantu memajukan wisata Talaud, khususnya mempromosikan keindahan pulau-pulau dan pantai yang bersih dan masih natural di sini. Jadi kami di daerah pelan-pelan mulai membenahi promosi, infrastruktur fisik dan penunjang pariwisata," kata Ronal.

Soal keindahan destinasi wisata, Ronal mengaku tak khawatir. Destinasi wisata di Talaud banyak menebarkan pesona alam yang yahud. Pulau Karakelang misalnya. Banyak surga tersembunyi yang bisa ditemui di sana. Dengan bantuan promosi dari pusat, Ronal yakin wisata kepualauan Talaud akan makin dikenal di seluruh Indonesia dan mancanegara.

"Dengan terobosan-terobosan yang dilakukan Bupati kami Ibu Sri wahyumi Maria Manalip dan dukungan pusat, sangat memberikan dampak positif bagi pariwisata Kabupaten Talaud," kata Ronal.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuty mengatakan setelah ditetapkan sebagai salah satu destinasi pariwisata perbatasan andalan, banyak tugas yang menanti kepala daerah bersama tim untuk memajukan pariwisata di daerah tersebut. Tugas utama yang dikejarnya adalah melakukan pembenahan berbagai sarana dan infrastrtuktur pendukung lainnya di Talaud supaya terlihat ada perbedaan dalam penataannya.

"Pembenahan mendesak dilakukan supaya bisa membuat Talaud menjadi lebih baik dari sisi fisik. Wisatawan yang datang ke Talaud harus dibuat betah," ujar Esthy.

Talaud memiliki banyak destinasi wisata yang keren. Selain wisata alam pantai dan air terjun, ada juga wisata petualang goa dan desa wisata. Yang cukup dikenal antara lain Pantai Pesisir Timur pulau Karakelang, Pantai Lobbo, Goa Weta, Air Terjun Ampadoap, dan Desa Adat Bannada. Di pesisir Timur, wisatawan bisa menikmati hamparan pasir halus sepanjang 12 kilometer. Pantainya berhadapan langsung dengan lautan Pasifik dan memiliki lebar sekitar 60 hingga 80 kilometer jika sedang surut.

Pantai Lobbo di Kecamatan Beo Utara juga tak kalah okenya. Apalagi saat sunset. Pancaran oranye matahari di ufuk barat bumi semakin indah saat pulau Nusa Tofor dan Nusa Dolong membentuk siluet di bawahnya. Hamparan pasir hitam halus yang luas, serta deburan ombak bertingkat semakin menambah nikmatnya menghabiskan senja di pantai yang masih perawan ini.

Pualu Karakelang juga punya pesona Goa Weta dengan stalaktit dan stalakmitnya. Goa ini mempunyai panjang sekitar 400 meter dan tembus ke ujung goa lainnya di perbukitan. Air Terjun Ampadoap juga punya keunggulannya sendiri. Dua buah air terjun yang saling berhadapan ini tak tinggi, masing-masing hanya setinggi lima meter. Kedua air terjun ini jatuh di antara bebatuan dan aliran airnya bertemu di satu titik, lalu mengalir bersama menuruni anak sungai.

Sementara, Desa Bannada ditetapkan sebagai desa adat karena kearifan lokal kerajaan Talaud atau Porodisa yang tetap terjaga hingga saat ini. Para petua adat, masih menyimpan barang-barang peninggalan sejarah kerajaan Porodisa terdahulu. Desa ini sangat tradisional, perkembangan zaman tak mampu menggerus budaya yang telah turun temurun dipelihara.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan cross border tourism di Talaud, selain dimaksudkan untuk menggarap potensi wisata mancanegara di daerah tersebut, juga bertujuan menggeliatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Potensi border tourism itu besar. Masyarakat di sana juga harus mendapatkan benefit dengan lebih banyak event, sehingga banyak orang berdatangan," ujar Menpar Arief Yahya.

Menurut Arief, cross border tourism sesuai dengan fokus Presiden Joko Widodo yang ingin menggairahkan daerah perbatasan. Presiden Jokowi sejak awal menaruh perhatian serius kepada warga masyarakat Indonesia yang berada di pulau terluar, perbatasan dan  daerah terpencil. Saking seriusnya, Presiden ketujuh Indonesia itu tak ragu mengubah sebutan daerah perbatasan dari pulau terluar menjadi pulau terdepan. Karena itu, serangkaian border tourism digelar dari Atambua, Dili, Papua, Aruk, Entikong, sampai ke Batam-Bintan.

"Kami akan terus pelajari dan evaluasi, seberapa efektif untuk menggairahkan ekonomi masyarakat. Termasuk seberapa bagus menarik wisatawan dari negara tetangga," kata Arief Yahya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement