Ahad 02 Jun 2019 01:28 WIB

Demam Tifoid: Kenali Gejala, Penanganan hingga Pencegahannya

Demam tifoid lebih dikenal dengan nama penyakit tifus.

Rep: cermati/ Red:
Demam Tifoid: Kenali Gejala, Penanganan hingga Pencegahannya
Demam Tifoid: Kenali Gejala, Penanganan hingga Pencegahannya

Demam tifoid, atau lebih dikenal dengan penyakit tifus, adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi yang menginfeksi tubuh manusia. Pada umumnya, penderita demam tifoid adalah kelompok usia kisaran 5 sampai 30 tahun dengan masa inkubasi mulai dari 3 hingga 60 hari.

Penyakit ini erat kaitannya dengan masalah kebersihan lingkungan yang buruk serta ketersediaan air bersih. Oleh karena itu, banyak kasus penderita penyakit ini adalah anak-anak dan remaja.

Di banyak negara berkembang, demam tifoid menjadi salah satu masalah penyakit serius dan memerlukan penanganan yang serius juga. Di Indonesia sendiri, sekitar 100.000 orang menderita demam tifoid setiap tahunnya. Oleh karena itu, sebaiknya setiap orang khususnya orang tua harus mengenali demam tifoid agar tahu cara penanganan terbaik untuk penderita penyakit ini.

 

1. Kenali Gejala Demam Tifoid

demam tinggi

Kenali gejala demam tifoid

Demam tifoid memiliki gejala yang bervariasi pada penderitanya. Namun, jika seseorang menderita demam yang tidak kunjung turun selama 7 hari, bisa jadi penyebabnya adalah infeksi dari bakteri Salmonella Typhi.

Demam yang diderita karena penyakit tifoid dapat berlangsung selama 3 minggu jika tidak dilakukan penanganan medis pada penderitanya. Keluhan lain dari penderita demam tifoid adalah rasa nyeri di seluruh tubuh, lemas, mual, dan lain sebagainya.

Penderita demam tifoid juga memiliki kemungkinan besar menderita komplikasi di bagian saluran pencernaan dan berbagai organ vital lainnya, seperti hati, jantung, dan sistem syaraf.

2. Penanganan Terbaik Pada Penderita Demam Tifoid

Jika seseorang sudah terlanjur terjangkit demam tifoid, hal yang paling tepat untuk dilakukan adalah dengan membawanya ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. Selain itu, dokter juga dapat memeriksa kondisi penderita secara berkala.

Jika si penderita diperbolehkan pulang dari rumah sakit, manfaatkan waktu untuk beristirahat dengan maksimal dan periksakan kembali ke dokter hingga kondisi kesehatan dapat pulih dengan sempurna.

Mual dan muntah sudah pasti akan dialami si penderita. Walau begitu, penderita demam tifoid tetap harus mengkonsumsi makanan yang bergizi agar asupan nutrisi tetap terjaga dengan baik. Bila perlu, sediakan botol infus kepada penderita sesuai aturan yang diberikan dokter untuk membantu tercukupinya nutrisi agar tubuh tidak lemas.

Selain itu, berikan juga antibiotik dan obat penurun panas. Pemberian antibiotik kepada penderita tifus yang sesuai dengan anjuran dokter dapat menekan perkembangan bakteri pada tubuh. Sementara pemberian obat penurun panas berguna untuk meringankan demam.

3. Diagnosa Dokter untuk Penderita Demam Tifoid

konsultasi

Diagnosa dokter

Untuk memastikan apakah penderita mengalami demam tifoid atau tidak, pastikan untuk memeriksakannya ke dokter. Secara umum, penderita demam tifoid dapat didiagnosa dengan menggunakan tiga cara, yaitu dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosa dengan melakukan wawancara medis biasanya menanyakan tentang gejala-gejala yang dialami oleh penderita. Penderita juga akan ditanya tentang makanan apa saja yang dikonsumsi sebelum mengalami gejala penyakit ini.

Kemudian, pemeriksaan fisik akan dilakukan guna mengetahui diagnosis selanjutnya yang dapat dilakukan oleh dokter. Hal ini dilakukan agar penderita mendapatkan penanganan yang tepat.

Untuk cara diagnosa terakhir, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella Typhi di tubuh penderita. Jadi, pemeriksaan penunjang adalah penentuan penyakit yang diderita adalah demam tifoid atau bukan.

4. Penularan Bakteri Salmonella Typhi

Penyebab utama penularan demam tifoid adalah dari konsumsi makanan yang tidak terjaga kebersihannya. Bakteri pembawa penyakit ini banyak menempel pada kotoran yang terdapat pada lalat dan seringkali menghinggapi makanan.

Penyebab lain penyakit ini adalah kotoran yang masuk langsung ke bagian mulut dan menuju ke pencernaan atau bahasa medisnya dikenal sebagai, fekal-oral. Konsumsi air yang tidak diproses terlebih dahulu juga berpotensi menyebabkan demam tiroid.

Oleh karena itu, agar terhindar dari demam tifoid, sangat disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan serta konsumsi makanan sehari-hari agar selalu higienis.

5. Lakukan Vaksinasi Tifoid

 vaksinasi

Lakukan vaksinasi tifoid

Demam tifoid dapat dihindari dengan pemberian vaksin tifoid pada anak-anak dengan usia diatas 2 tahun. Vaksin yang juga terdapat pada program imunisasi pemerintah ini hendaknya dilakukan rutin 3 tahun sekali.

Namun, selayaknya vaksin untuk penyakit lainnya, pemberian vaksin tifoid tidak memberikan perlindungan secara total. Anak yang sudah menerima vaksin tifoid juga masih mungkin terinfeksi demam tifoid meskipun kemungkinannya sudah jauh lebih kecil.

Pemberian vaksin tifoid juga dianjurkan pada orang yang ingin mengunjungi tempat yang rawan terjangkit demam tifoid. Jadi, lakukan vaksinasi tifoid agar kemungkinan tertular demam tifoid jauh mengecil.

Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati

Mengingat demam tifoid rawan tertular melalui lingkungan kotor dan konsumsi makanan tidak higienis, hal terbaik untuk terhindar dari demam tifoid adalah mencegahnya masuk ke dalam tubuh, yaitu hanya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga makanan yang dikonsumsi, kemungkinan untuk tertular demam tifoid akan berkurang drastis. Jadi, mulai lakukan hal tersebut dari sekarang agar selalu sehat.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement