REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan akan makanan halal yang semakin meningkat mendorong Japan Airlines (JAL) untuk meluncurkan menu makanan inflight halal bagi para penumpang Muslim. Menu makanan halal ini mengusung tema makanan tradisional Jepang yang otentik.
Menu baru ini hadir dalam satu set lengkap dalam porsi besar. Hidangan pembuka pada menu halal ini terdiri dari beragam varian makanan, salah satunya Kuchitori yang berisi gisei dofu, saba shioyaki lemon, hotate amakara ni hingga bangkuang marine amazu konoha.
Selain Kuchitori, hidangan pembuka juga dilengkapi dengan beragam varian pickles, kinpira gobo, sup miso, daikon nimono, shitake nimono, tiger prawn, hingga sushi neta kimizushi dan beragam sajian lain.
Japan Airlines (JAL) luncurkan menu tradisional Jepang yang halal bagi para penumpang di kelas Bisnis.
Yang cukup menarik, JAL menawarkan tiga varian main course untuk menu baru ini. Salah satu main course terdiri dari wagyu hamburger, kentang dan salmon kankitsuyaki yang disertai dengan wortel, green bean dan jamur shimeji rebus. Varian kedua terdiri dari kani tama dengan saus kani tama dan salmon misoyaki yang dilengkapi dengan potongan tomat, bock choy rebus serta daun bawang.
Varian main course lainnya adalah beef tenderloin yawarakani dengan saus teriyaki untuk marinasi dan salmon tape misoyaki yang dilengkapi dengan nimono shimeji, nimono ninjin momiji serta green bean rebus. Menu ini cukup menarik perhatian karena sajian salmonnya disertai dengan saus yang terbuat dari tape madu dan saikyo miso. Meski tampak sedikit asing bagi lidah indonesia, perpaduan tape madu dan saikyo miso ternyata menciptakan cita rasa gurih dan lezat yang cocok dengan salmon.
"Main course ini kami ganti setiap bulan, dan tiap tiga bulan kami ganti other tray, jadi tiap bulan bisa mencoba menu baru," Passenger Manager Japan Airlines Shun Sekine saat ditemui Republika di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Executive Souschef Japanese dari Aerofood ACS Shuichi Osawa mengatakan sebagian chef asli Jepang cenderung enggan menggunakan bahan-bahan alternatif yang halal karena khawatir cita rasa masakan menjadi berubah atau menurun. Padahal, Osawa mengatakan tidak ada perbedaan berarti ketika memasak masakan Jepang dengan menggunakan bahan-bahan yang halal.
"Sebenarnya nggak begitu jauh (rasanya)," ungkap Osawa.
Selain menggunakan bahan-bahan halal, Osawa mengatakan sebagian bahan makanan yang digunakan juga merupakan bahan-bahan lokal dari Indonesia. Osawa mengatakan tidak ada kesulitan berarti ketika menyulap bahan-bahan lokal menjadi sajian Jepang dengan cita rasa yang otentik.
Sekine menambahkan, orang-orang Jepang juga telah mencicipi menu baru dari JAL ini. Sekine mengatakan orang-orang Jepang tersebut menilai menu baru ini memiliki tampilan dan cita rasa seperti masakan tradisional Jepang yang asli.
"Ketika mereka tahu ini dari bahan-bahan Indonesia dan ini fushion, mereka surprised. Ini memberi pengalaman baru bagi pelanggan," terang Sekine.
Menu tradisional Jepang halal ini sudah diluncurkan sejak September lalu untuk para penumpang JAL di kelas Bisnis. Menu halal ini bisa dinikmati oleh para penumpang kelas Bisnis tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
Sejak diluncurkan, Sekine mengatakan ada peningkatan permintaan menu makanan Jepang dari para penumpang dibandingkan menu bergaya Barat. "Secara popularitas, menu makanan jepang ini meningkat," ungkap Sekine.