REPUBLIKA.CO.ID, BANDA NEIRA -- Pulau Banda Neira di Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, memiliki sejarah panjang di Nusantara. Terutama, terkait dengan kedatangan bangsa Eropa khususnya Belanda ke Nusantara pada abad ke-16.
Bangsa-bangsa dari jauh ini datang untuk mengambil pala dari Kepulauan Banda dan menjualnya ke Eropa. Untuk mengambil pala dari kepulauan ini tidak mudah, salah satu caranya mereka ingin memonopoli perdagangan dan harus menaklukkan masyarakat di sini.
Setelah masyarakat berhasil ditaklukkan, bangsa Belanda melalui VOC (perusahaan dagang Belanda) pun membangun Pulau Banda Neira sebagai kota dan pelabuhan. Di antara yang dibangun adalah rumah perkantoran dan juga benteng pertahanan. Tujuannya, untuk kepentingan perdagangan pala mereka. Selain itu, mereka juga membangun tempat ibadah (gereja) yang diperuntukkan untuk melayani kerohanian prajurit dan orang-orang Belanda di Banda Neira.
Berikut ini, catatan Republika.co.id saat mengunjungi Banda Neira beberapa waktu lalu. Ada beberapa bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda yang masih dirawat sebagai benda cagar budaya.
1. Gereja Tua Neira
Gereja ini dibangun pada 20 April 1873 yang kemudian diresmikan pada 23 Mei 1875 oleh dua orang misionaris asal Belanda yaitu Maurits Lantzius dan John Hoeke. bangunan gereja ini dibangun di atas pusara 30 orang prajurit Belanda yang gugur dalam perang penaklukan Banda. hal ini dibuktikan dengan adanya 30 batu nisan lengkap dengan identitas para prajurit tersebut pada lantai gereja. Hingga sekarang, gereja ini masih digunakan untuk pelayanan umat Nasrani di Banda Neira.
2. Rumah Deputi Gubernur VOC
Bangunan rumah deputi gubernur VOC berada di sebelah timur bangunan kompleks Istana Mini. Bangunan ini memiliki luas 575 meter persegi yang dibangun di atas lahan seluas 1.312 meter persegi. Apabila dilihat dari depan, bangunan menyerupai rumah gubernur, tetapi memiliki ukuran lebih kecil. Bangunan ini pernah dipugar pada 2010 oleh Yayasan Tahija.
Atap bangunan setelah dipugar menggunakan sirap dari Kalimantan sebelum dilakukan pemugaran atap berupa seng gelombang. Berdasarkan foto-foto lama bahan atap mengalami beberapa kali perubahan. Pertama kali dibangun menggunakan genteng, tetapi dengan alasan keamanan penghuninya akibat sering terjadi gempa vulkanik, maka atap diganti dengan rumbia. Pada akhir abad 19 atau awal abad 20 bersamaan dengan masuknya seng gelombang di pasaran kontruksi Hindia Belanda, atap bangunan diganti dengan seng gelombang.
Patung Majesteit Willem II, seorang pejabat VOC yang masih kokoh berdiri di halaman rumah deputi Gubernur VOC, Banda Neira.
3. Kompleks Istana Mini
Istana Mini terdiri dari dua bangunan yaitu rumah gubernur dan kantor gubernur yang terletak dalam wilayah administratif Desa Nusantara, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah. Kompleks bangunan ini berada di areal pemukiman penduduk dan menghadap ke laut yang pada bagian selatan berbatasan dengan Jalan Nusantara dan pantai.
Di sebelah barat dari kompleks bangunan Istana Mini ini terdapat juga bangunan masa kolonial yang disebut sociteit harmonie. Di bagian timur terdapat bekas rumah deputu gubernur VOC dan rumah para perkenier (sebutan bagi pemilik kebun pala). Bagian utara terdapat reruntuhan bangunan kolonial lainnya yang berdasarkan informasi merupakan rumah para perkenier.
Berdasarkan catatan, sejarah bangunan yang terletak di dekat Benteng Nassau ini didirikan saat setelah terjadi gempa besar di Banda pada 1683. Sebelumnya, gubernur VOC tinggal dan berkantor dalam benteng, tetapi karena dirasa sudah tidak aman untuk dihuni akibat gempa maka dibangunan rumah tinggal dan kantor yang baru.
Istana Mini di Banda Neira.
4. Benteng Belgica
Benteng Belgica bisa menampung 400 tentara yang dilengkapi berbagai persenjataannya. Termasuk, meriam. Benteng ini dibangun oleh VOC atas perintah Gubernur Jenderal Pieter Both di ketinggian 30 meter permukaan laut pada 1611 untuk menghalau serangan musuh. Benteng ini dibagi dua yang saling berjejer, hanya pada 1660 keduanya digabung menjadi satu dan diberi nama Belgica II.
Ketika Admiral Cornelis Speelmar tiba di Pulau Banda Neira Maret 1667, dia meminta untuk seorang arsitek Belanda Adrian de Leeuw membuat rancangan bangunan baru untuk pengembangan Belgica II. Struktur baru ini membentuk Pentagon dengan lima menara pada bagian dalam benteng yang sampai sekarang masih bisa dinikmati oleh wisatawan.
Benteng Belgica dengan latar Gunung Api Banda di belakangnya.