REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, mengakui pertumbuhan sektor pariwisata saat ini masih terkendala akses transportasi. Kendala ini khususnya mengenai kapal penyeberangan.
"Jika dilihat dari sisi pariwisata, menurut kami jumlah kapal yang ada saat ini masih kurang," kata Kepala Suku Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu Cucu Kurnia saat dihubungi di Jakarta, Selasa (16/7).
Saat ini terdapat enam kapal cepat, 35 kapal tradisional, dan satu kapal ASDP yang mengantar warga maupun wisatawan menuju Kepulauan Seribu. Cucu mengungkapkan sektor pariwisata Kepulauan Seribu banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Pada 2018 lalu, jumlah wisatawan yang berlibur ke wilayah yang berada di Teluk Jakarta itu tercatat mencapai 900 ribu orang. Sedangkan untuk wisatawan asing berjumlah 20 ribu orang.
Dia mencontohkan Pulau Sebira di ujung utara Kepulauan Seribu hanya terdapat dua kali akses penyeberangan dalam sepekan. Pulau itu memiliki mercu suar yang dinamai Noord Wachter atau Penjaga Utara peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada 1869.
"Sekarang baru dibuka oleh Dinas Perhubungan, tapi itu juga belum tiap hari (penyeberangan) melainkan seminggu dua kali," ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan pengembangan akses transportasi selama ini hanya fokus pada pulau-pulau berpenghuni dan resort. Untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, maka diperlukan banyak kapal penyeberangan.
"Semakin banyak kapal akan semakin bagus. Penyediaan itu enggak harus dari pemerintah, tapi juga swasta," pungkasnya.
Secara geografis, Kepulauan Seribu memiliki 105 pulau yang terdiri dari pulau resort dan pulau penduduk dengan total wilayah daratan seluas 8,7 kilometer persegi. Di wilayah kabupaten ini terdapat zona konservasi berupa Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKS) serta empat pulau cagar budaya. Potensi wisata baharinya meliputi snorkeling, diving, panorama matahari terbenam, hingga kelezatan cita rasa hidangan laut.