REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permasalahan sampah plastik tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun hampir seluruh dunia sekarang hidup pada plastik.
Setiap hal hampir dibungkus plastik, dan hebatnya plastik itu tidak akan hancur untuk waktu yang lama, justru menumpuk dan menyumbat aliran air.
Namun kali ini masyarakat bisa sedikit berlega hati. Sebuah rekayasa dari Belanda telah membuat proyek The Ocean Cleanup. Direncanakan tahun 2016 proyek ini dapat menjadi program percontohan yang pada akhirnya bisa mengatasi Great Pacific Garbage Patch yang terletak di antara Hawaii dan California.
Proyek ini tercetus dari otak jenius Boyan Slat dengan tujuan untuk membersihkan laut di Bumi. Ini memang bukan tugas yang mudah, namun Slat memberi peluang besar bagi umat manusia. Rencana ini akan berbentuk kolektor pengembang raksasa yang memanfaatkan arus laut untuk membantu menyapu plastik yang mengambang di air.
Ia berharap proyek ini dapat menghilangkan 42 persen Great Pacific Garbage Patch lebih dari 10 tahun, itu sama dengan 70.320.000 kilogram (77,514.5 ton) sampah plastik.
Sebagai permulaan, Slat mencoba proyek ini dengan skala kecil di Jepang. Pada tahun 2016, Slat dan Ocean Cleanup Foundation berencana meluncurkan dua ribu meter sistem percontohan di lepas pantai pulau Tsushima, sebelah utara dari Fukuoka, dilansir dari Rocketnews24, Jumat (5/6).
Proyek kolektor sampah ini jika akan digunakan menjadi struktur terpanjang di dunia, sementara ini rekor masih dipegang oleh Tokyo Mega-Float dengan ukuran 1.000 meter. Alat ini akan berada di atas air dan menangkap sampah plastik selama dua tahun.