REPUBLIKA.CO.ID, Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono telah menulis puisi sejak tahun 1957. Selama bertahun-tahun menulis puisi, ia telah mengalami pasang-surut kondisi.
"Ada yang menulisnya cepat, hanya seperempat jam, tidak perlu mengeluarkan tenaga apapun. Ada yang tiga tahun baru selesai," kata Sapardi yang menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul 'Duka-Mu Abadi' di tahun 1969.
Salah satu puisi yang ia buat hanya dalam waktu 15 menit ialah 'Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari' di tahun 1976. Sementara, puisi terlama yang dibuat Sapardi yaitu 'Dongeng Marsinah', pada kurun 1993-1996.
Cepat lambatnya pembuatan puisi menurut Sapardi bergantung pada perasaan yang tercurah selama prosesnya. Semakin ia kurang berjarak dengan puisi, semakin Sapardi sulit merampungkan sebuah sajak.
Misalnya, ketika menulis puisi 'Dongeng Marsinah'. Kala itu, Sapardi mengaku terlampau marah sehingga terhambat menuliskannya.
Terkait inspirasi, Sapardi berkata bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja. Sapardi membocorkan, dua tokoh sastra yang karyanya menyemangati ia menulis antara lain WS Rendra dan TS Eliot.
"Kalau ditanya mana puisi saya yang paling bagus, jawabannya puisi yang belum saya tulis," kata pujangga asal Solo yang lahir pada 20 Maret 1940 itu.