REPUBLIKA.CO.ID, Angela Luna (22) pada mulanya merupakan mahasiswi Parsons Fashion Design berprestasi yang berfokus pada desain baju atau gaun malam. Mahasiswi tingkat akhir yang cemerlang ini sudah memiliki banyak peluang kerja yang mengantri di depannya setelah lulus. Luna bahkan telah menandatangani kontrak dengan Abercrombie & Fitch untuk bekerja selulusnya dari kampus.
Akan tetapi, sebuah berita yang ia saksikan bersama sang ayah di suatu hari membuat jalan hidupnya berubah. Di layar televisi, Luna menyaksikan ada 200 warga Suriah lagi yang tewas dan menjadi korban akibat peperangan.
"Haruskah aku bergelut dengan fashion? Kami berkumpul setiap hari membicarakan tentang celana Prada seharga 4.000 dolar Amerika yang bahkan tidak memiliki arti dalam skala yang lebih luas (seperti ini)," tanya Luna pada sang ayah di rumah mereka, Massachusetts.
Sejak saat itu, Luna mulai berfokus dalam membuat desain busana yang dapat membawa perubahan. Melalui skripsinya, Luna ingin merancang baju yang dapat memberi solusi dan meringankan beban masalah para pengungsi Suriah yang harus melakukan perjalanan panjang melewati perbatasan untuk mencari keamanan.
Ide Luna tersebut tidak langsung disambut baik oleh dua dosen pembimbing Luna. Kedua dosen pembimbing Luna bahkan memprediksi bahwa rencana rancangan baju Luna untuk memudahkan pengungsi Suriah akan gagal.
Meski berisiko besar untuk gagal, Luna tidak ingin berhenti. Ia bahkan membatalkan dua tawaran kerja hanya untuk memastikan bahwa proyek yang ia garap untuk pengungsi Suriah ini dapat terus berjalan dan berhasil.
Beberapa upaya pun Luna lakukan, seperti bertemu langsung dengan ikon mode Donna Karan hingga berkonsultasi dengan organisasi non-profit. Berkat upaya dan tangan dinginnya, Luna berhasil membutkikan bahwa penilaian dua dosen pembimbingnya salah.
Untuk proyek skripsinya, Luna merancang tujuh buah baju luaran yang dapat berubah fungsi. Baju-baju luaran tersebut dirancang Luna untuk bisa dikenakan oleh pria atau pun wanita dari segala ukuran tubuh. Dua jaket yang dirancang Luna, misalnya, dapat berubah menjadi tenda yang bisa memuat dua orang dan memuat satu keluarga.
Rancangan jaket lain yang Luna desain dapat berubah menjadi kantung tidur. Ada pula jaket yang dapat diubah fungsinya menjadi tas punggung hingga jaket yang dapat ditiup menjadi pelampung keselamatan. Semua fungsi tersebut sengaja dihadirkan Luna untuk memudahkan berbagai aktivitas di luar ruangan hingga aktivitas berkemah yang mungkin dilakukan pengungsi Suriah selama menempuh perjalanan.
"Saya tidak ingin terdengar sombong atau lainnya, tetapi ide merancang sesuatu yang tidak benar-benar menyelesaikan sebuah masalah bagiku saat ini tidak terasa menarik," tambah Luna seperti dilansir News School Free Press.
Tujuh rancangan Luna yang ia masukkan dalam proyek akhirnya sebagai mahasiswi merupakan sebagian kecil dari proyek Desain untuk Perubahan (Design for Difference) yang ia bangun. Rencananya, Luna akan menjual rancangan originalnya tersebut kepada konsumen aktif dengan harga setara dengan produk North Face atau Patagonia.
Setelahnya, Luna akan menggunakan uang yang ia dapatkan untuk memproduksi desain originalnya tersebut dengan versi yang lebih efisien. Ia pun akan membuat elemen-elemen estetis pada produk rancangannya menjadi lebih simpel dan berfokus pada kegunaan. Versi simpel dari rancangan originalnya ini akan Luna donasikan untuk para pengungsi Suriah.